WahanaNews.co.id | Stasiun antariksa International Space Station (ISS) terus beroperasi, terutama karena dukungan dari Rusia dan Amerika Serikat. Namun ketegangan yang terjadi akibat perang di Ukraina bisa menimbulkan dampak buruk bagi ISS.
Badan antariksa Rusia, Rocosmos, telah menyatakan bahwa kemungkinan mereka hanya akan mengoperasikan ISS sampai dua tahun lagi. "Untuk memperpanjang kesepakatan dalam kondisi semacam ini membuat kami skeptis," sebut mereka.
Baca Juga:
Revolusi Spacewalk: Urine Astronot Kini Bisa Jadi Air Minum dalam Hitungan Menit
Peran Rusia sangat krusial di ISS, di mana Rusia antara lain mengendalikan laboratorium kunci, mengirimkan suplai dari Bumi, bahkan juga mengatur ketinggian stasiun itu yang mencegahnya meluncur ke Bumi.
Memang mitra Amerika lain yang turut mengoperasikan ISS seperti Jepang, Eropa dan Kanada bisa membuat ISS tetap bertahan tanpa Rusia. Akan tetapi mungkin tidak sepadan dari sisi usaha dan biayanya.
"Kita harus menghabiskan banyak uang untuk membuat hal itu terjadi," kata periset antariksa dari Secure World Foundation, Brian Weeeden, dilansir detikcom dari Politico.
Baca Juga:
Limbah Plastik akan Diolah Jadi Sumber Makanan di Luar Angkasa
NASA sendiri menyatakan sejauh ini operasional ISS tidak terdampak dengan konflik yang terjadi di Ukraina. Adapun kru yang bertugas di ISS saat ini adalah empat orang dari AS, dua dari Rusia dan seorang astronaut asal Jerman.
Namun jika nantinya Rusia benar-benar menarik dukungannya dari ISS, bukan tidak mungkin ISS akan dihancurkan saja karena seperti disebutkan, sumber daya untuk mempertahankannya terlalu besar tanpa keterlibatan Rusia.
Lagipula, operasional ISS sudah direncanakan akan diakhiri pada tahun 2031 dengan dijatuhkan ke samudra. Stasiun ini dipandang sudah usang dan akan digantikan dengan unit baru yang lebih canggih. [JP]