WahanaNews.co.id | Di tengah konflik Rusia dengan Ukraina memanas, Korea Utara (Korut) membela Rusia. Bahkan, Korea Utara menuding Amerika Serikat (AS) sebagai penyebab terjadinya krisis Ukraina.
Diketahui, berbagai pemimpin dunia mengecam tindakan Rusia ke Ukraina. Namun, tidak dengan Korut.
Baca Juga:
Militer Korea Selatan Siarkan K-Pop dan Berita untuk Serangan Psikologis
Dalam tanggapan yang diposting di situs web Kementerian Luar Negeri miliknya, Korut menyebut AS yang harus disalahkan atas apa yang kini terjadi di Ukraina.
Tudingan terhadap AS tersebut disampaikan dalam tanggapan perdana Pyongyang atas invasi Rusia ke Ukraina.
"Washington telah mengejar supremasi militer dengan mengabaikan permintaan sah Rusia untuk keamanannya" demikian komentar tersebut yang ditulis Ri Ji Song, seorang peneliti di Studi Politik Internasional untuk Masyarakat Korea Utara.
Baca Juga:
Waspadai Pencurian Tinja, Pemimpin Korut Bawa Toilet Kemanapun Pergi
"Akar penyebab krisis Ukraina juga terletak pada sikap sewenang-wenang AS," imbuh komentar yang dimuat pada Sabtu (26/2) lalu.
Ri mengecam AS karena memberlakukan standar ganda dengan mengatakan AS mencampuri urusan dalam negeri negara lain atas nama 'perdamaian dan stabilitas', tetapi tanpa alasan yang baik ia mencela tindakan pertahanan diri yang diambil oleh negara lain untuk memastikan keamanan nasional mereka sendiri.
"Tanggapan tersebut adalah reaksi resmi 'rendah' karena diterbitkan dengan nama individu," kata Park Won-gon, seorang profesor Studi Korea Utara di Universitas Ewha Womans.
"Kesimpulannya adalah semua karena AS. Poin utamanya adalah Anda akan menderita jika tidak memiliki kekuatan," katanya kepada AFP, seperti dilansir detikcom Minggu (27/2).
Rusia memang dikenal sebagai salah satu 'sohib' Korea Utara, bersama Beijing. Moskow juga turut menentang tekanan internasional terhadap persenjataan nuklir Korea Utara, bahkan meminta sanksi internasional diringankan demi alasan kemanusiaan.
Sebelumnya, China, sekutu terpenting Korea Utara, juga menyalahkan Amerika Serikat dan sekutu Baratnya dalam beberapa pekan terakhir karena 'meningkatkan' krisis Ukraina. [JP]