WahanaNews.co.id | Kasus perempuan separuh baya beretnis campur asal New York itu dipresentasikan dalam Konferensi Retrovirus dan Infeksi Oportunistik di Denver, Amerika Serikat, Selasa (15/2).
Dalam terapinya, ilmuwan menggunakan metode transplantasi sel punca dari sisa darah plasenta milik seorang donor yang secara alami kebal dari virus imunodefisiensi manusia atau HIV. Ia digunakan untuk mengobati leukemia mieloid akut, atau kanker yang tumbuh di dalam sel pembuat darah di sumsum tulang belakang.
Baca Juga:
KAKI: Peningkatan Kualitas Layanan Populasi Kunci ODHIV
Sel punca dari darah plasenta dikenal lebih mudah didapat ketimbang sel punca orang dewasa. Terutama dalam kasus transplantasi sumsum tulang belakang, sel punca dari darah plasenta tidak harus sepenuhnya seragam dengan penerima donor, berbeda dengan sel sumsum tulang belakang, lapor New York Times.
Sejak menjalani terapi, pasien perempuan itu lebih sedikit mengeluhkan rasa sakit dan terpantau bebas virus HIV selama 14 bulan. Dia juga tidak lagi mengkonsumsi obat-obatan antiretrovial secara berkala, seperti yang biasanya diwajibkan bagi pengidap HIV/AIDS.
"Kemampuan menggunakan sel punca dari darah plasenta dengan kompatibilitas parsial meningkatkan peluang untuk menemukan donor yang cocok bagi sejumlah pasien," kata Dr. Koen van Besien, salah seorang doktor yang terlibat, seperti dilansir The Guardian.
Baca Juga:
Mampukah Indonesia Mencapai Zero Diskriminasi HIV pada 2030? Ini Penjelasannya
Dia memperkirakan terdapat sebanyak 50 pasien HIV di seluruh Amerika Serikat yang dapat menerima terapi model baru ini
"Kasus ini adalah kasus penyembuhan ketiga dalam setelan yang sama, dan perempuan pertama yang hidup dengan HIV," kata Sharon Lewin, Presiden Masyarakat AIDS Internasional, dalam keterangan persnya.
Lika-liku leukimia
Kasus di New York merupakan bagian dari penelitian luas yang dipimpin oleh Dr. Yvonne Bryson dari Universitas California dan Dr. Deborah Persaud dari Universitas Johns Hopkins. Studi itu memantau 25 pasien pengidap HIV yang menjalani transplantasi sel punca dari darah plasenta untuk mengobati kanker dan penyakit akut lain.
Para pasien awalnya mendapat kemoterapi untuk membunuh sel kanker. Dokter lalu mentransplantasikan sel punca dari donor yang memiliki mutasi genetika spesifik. Mutasi itu menghilangkan reseptor yang digunakan virus HIV untuk memasuki sel tubuh.
Lewin dari Masyarakat AIDS Internasional mengatakan, transplantasi sumsum tulang belakang belum bisa digunakan untuk kebanyakan pengidap HIV.
Namun demikian penelitian itu "mengkonfirmasikan bahwa kesembuhan bagi HIV bukan hal mustahil dan ia semakin mempopulerkan terapi genetik sebagai strategi untuk menyembuhkan HIV," kata dia.
Penelitian di AS menyebutkan elemen terbesar dalam kesembuhan pasien adalah transplantasi sel punca yang resisten terhadap HIV.
Tapi walaupun sel darah plasenta lebih mampu beradaptasi ketimbang sel punca orang dewasa, kapasitas produksinya masih belum cukup mumpuni untuk dijadikan metode terapi bagi khalayakumum. Sebab itu dalam terapinya, doktor juga menggunakan sel punca orang dewasa untuk menutupi kekurangan jumlah sel punca darah plasenta.
Namun begitu, kasus di New York tergolong unik karena pasien merupakan perempuan beretnis campur. Dalam dua kasus penyembuhan sebelumnya, pasien tercatat berjenis kelamin pria, seorang dari ras kaukasian dan seorang lagi latino. [JP]