WahanaNews.co.id | McDonald's dan Coca Cola mendapatkan tekanan besar karena hingga kini belum menarik diri dari Rusia usai negara itu melakukan invasi ke Ukraina. Ajakan boikot pun menggema.
Di sisi lain, sudah banyak merek terkenal termasuk Netflix hingga Levi's yang telah menangguhkan penjualan atau berhenti menyediakan layanan di Rusia.
Baca Juga:
McDonald's Malaysia Gugat BDS Movement Rp20 Miliar atas Seruan Boikot Pro-Israel
Dilansir detikcom dari BBC, Selasa (8/3/2022), #BoycottMcDonalds dan #BoycottCocaCola menjadi trending topic di Twitter pada hari Senin dan akhir pekan.
Investor Dragon's Den Deborah Meaden juga berbicara di media sosial menentang perusahaan minuman bersoda itu dan mendesak orang-orang untuk berhenti minum Coca-Cola.
Bukan cuma McDonalds dan Coca Cola saja, sederet merek tenar makanan minuman pun ikut disindir karena tak kunjung 'cabut' dari Rusia. Mulai dari KFC, Pepsi, Starbucks, hingga Burger King. Namun, sebagian besar perusahaan tetap diam tentang masalah ini.
Baca Juga:
PLN Suplai Energi Bersih 90 GWh untuk Coca-Cola Europacific Partners Hingga 2025
Rantai makanan cepat saji KFC mencapai tonggak sejarah 1.000 restoran di Rusia tahun lalu. Bahkan di tahun 2021, KFC bertujuan untuk membuka sekitar 100 restoran setiap tahun di sana.
Sementara itu, dalam informasi yang baru-baru ini diterbitkan di website resmi, McDonald's mengungkapkan mereka memiliki 847 toko di Rusia. Perusahaan juga memiliki sebagian besar gerai ini. Padahal di seluruh dunia, sebagian besar biasanya dioperasikan oleh pemegang waralaba.
Faktanya McDonald's dan Pepsi, selama bertahun-tahun operasinya di Rusia telah ditopang oleh dana pensiun negara bagian New York.
Thomas DiNapoli, pengawas dana pensiun umum negara bagian New York pun telah menulis surat kepada perusahaan untuk mendesak mereka untuk meninjau bisnis mereka di Rusia.
"Anda menghadapi hukum, kepatuhan, operasional, hak asasi manusia dan personel yang signifikan dan berkembang, dan risiko reputasi," tulis surat tersebut.
Dalam sebuah pernyataan baru-baru ini, Kevin Johnson, bos Starbucks, menggambarkan serangan di Ukraina sebagai tidak beralasan dan tdak adil. Namun, sebagian besar gerainya di Rusia tetap buka.
Diketahui gerai Starbucks di Rusia sebagian besar adalah waralaba yang dijalankan oleh Alshaya Group yang berbasis di Kuwait. [JP]