WahanaNews.co.id | Memecat massal 900 stafnya dalam satu panggilan Zoom oleh Bos sebuah perusahaan di AS menui kritikan. Video panggilan itu tersebar luas ke media sosial.
Dengan sejumlah netizen berkomentar bahwa apa yang dilakukan pimpinan perusahaan itu "dingin", "keras" dan "langkah yang mengerikan", terutama menjelang Natal.
Baca Juga:
5 Dampak Mengerikan Kepemimpinan Toksik di Tempat Kerja
"Hai semuanya, terima kasih telah bergabung. Saya datang kepada Anda dengan berita yang tidak bagus,” kata Vishal Garg, kepala eksekutif perusahaan hipotek Better.com, dalam panggilan itu, dilansir dari Kompas.com (8/12/2021).
“Ini adalah kedua kalinya dalam karier saya melakukan ini (pemecatan), dan saya tidak ingin melakukan ini. Terakhir kali saya melakukannya, saya menangis. Kali ini saya berharap untuk menjadi lebih kuat.”
"Jika Anda menerima panggilan ini, Anda adalah bagian dari kelompok kurang beruntung yang diberhentikan. Pekerjaan Anda di sini dihentikan. Efektif segera," ujar Garg kepada ratusan karyawannya dalam panggilan zoom itu.
Baca Juga:
Pemerintah AS Bakal Memecah Google, Berikut Penyebabnya
Garg mengeklaim kinerja dan produktivitas staf, dan perubahan pasar, menjadi alasan pemecatan massal sekitar 15 persen dari tenaga kerja Better.com.
Dia tidak menyebutkan pemasukan tunai senilai 750 juta dollar AS (Rp 10,8 triliun) yang diterima Better.com dari investor minggu lalu menurut laporan BBC pada Selasa (7/11/2021).
Mendengar kabar tersebut, seorang wanita yang suaranya terekam dalam unggahan itu merespons: "Kalian pasti bercanda, ini tidak mungkin, saya tidak percaya ini. Setelah apa yang kami (karyawan) lakukan untuk perusahaan."
Chief finance officer Better.com, Kevin Ryan, mengatakan kepada BBC: "Harus melakukan PHK yang sangat memilukan, terutama sepanjang tahun ini."
Menurutnya, perusahaan memerlukan neraca pembayaran yang kuat, dan pengurangan serta fokus tenaga kerja diperlukan, untuk menghadapi "perkembangan radikal pasar kepemilikan rumah".
'Empati itu penting' Setelah kabar pemecatan itu ramai di media sosial, majalah Fortune mengatakan bahwa Garg adalah penulis unggahan blog anonim, yang isinya menuduh staf yang dipecat di perusahaannya "mencuri" dari kolega dan pelanggan mereka, dengan tidak produktif dan hanya bekerja dua jam sehari, sementara mengklaim delapan atau lebih.
Ann Francke, Kepala Eksekutif Chartered Management Institute Inggris, mengkritik cara pemecatat karyawan tersebut.
"Manajer yang buruk akan memecat orang dengan buruk baik secara virtual maupun secara langsung," katanya kepada program BBC Today.
"Tetapi cara tidak berperasaan yang dilakukan ini diperburuk dengan fakta bahwa itu dilakukan dalam gaya virtual dan sangat tidak berperasaan semacam ini.” Padahal "Apa yang kita ketahui dalam pandemi adalah bahwa empati itu penting."
Better.com adalah perusahaan teknologi untuk membuat proses pembelian rumah "lebih cepat dan efisien", didukung oleh konglomerat Jepang Softbank dan bernilai sekitar 6 miliar dollar AS (86,4 triliun).
Presiden Gaya manajemen Garg telah dikritik sebelumnya, setelah email yang dia kirim ke staf diperoleh Forbes tahun lalu.
Dalam emailnya, Garb menulis: "Kalian TERLALU LAMBAT. Kalian adalah sekumpulan lumba-lumba bodoh... JADI HENTIKAN. HENTIKAN. HENTIKAN SEKARANG. KAMU MEMPERMALUKANKU."
Gemma Dale, dosen hukum ketenagakerjaan dan studi bisnis di Liverpool John Moores University di Inggris, mengatakan tindakan itu jelas “bukan cara yang tepat untuk memimpin sebuah organisasi".
Pemecatan massal seperti ini tidak akan legal di Inggris, katanya. "Hanya karena Anda bisa melakukan ini di Amerika, bukan berarti Anda harus melakukannya," tambahnya.
"Ada cara untuk melakukan hal-hal ini, bahkan dalam kondisi sulit, menggunakan empati dan sopan santun."
Menurutnya, cara itu dapat membahayakan perusahaan serta stafnya. Sebab "karyawan yang ada akan melihat bagaimana perusahaan memperlakukan orang, sebagai sinyal bagaimana perusahaan akan memperlakukan mereka di masa depan".
Francke juga menilai hal itu dapat berdampak pada bisnis Better.com di masa depan. Apalagi mengingat itu adalah bisnis yang berhadapan dengan pelanggan, dan mencoba memberikan hipotek kepada orang-orang.
"Saya yakin banyak pelanggan atau calon pelanggan berpikir: 'Wah jagoan, jika mereka memperlakukan karyawan mereka seperti ini, saya bertanya-tanya bagaimana mereka memperlakukan pelanggan mereka?' ," kritiknya. (JP)