WahanaNews.co.id | Broadcom memastikan akan mengakuisisi perusahaan cloud computing VMware senilai USD 61 miliar atau sekitar Rp 886 triliun dalam bentuk uang dan saham.
Melansir detikcom, akuisisi ini bakal menjadi langkah terbesar pembuat chip tersebut dalam mendiversifikasi bisnisnya ke kelas enterprise.
Baca Juga:
KPK Sita 15 Tanah & Bangunan dari Pemilik PT Jembatan Nusantara Senilai Ratusan Miliar
Sebagai informasi, VWware bisa dibilang adalah dedengkot dan masih jadi nama besar di bidang software virtualisasi, yang membuat para penggunanya bisa menjalankan berbagai aplikasi di dalam servernya.
Lalu dibanding akuisisi lain di dunia, hanya kalah dibanding akuisisi Activision Blizzard oleh Microsoft senilai USD 68,7 miliar.
Broadcom mengakuisisi VMware dengan tawaran USD 142,50, atau 49% lebih tinggi dibanding harga terakhir saham VMware saat penutupan pasar sebelum perjanjian ini terungkap pada 22 Mei lalu.
Baca Juga:
Kasus Korupsi PT ASDP, KPK Panggil Ulang Pemilik PT Jembatan Nusantara Grup
Sebagai bagian dari perjanjian ini pun Broadcom akan menanggung utang bersih VMware yang nilainya mencapai USD 8 miliar. Perjanjian ini membuat saham Broadcom naik 3% dan VMware naik 2%.
Broadcom bisa mengakuisisi VMware karena pada 2021 lalu Dell Technologies melepas kepemilikannya atas VMware, di mana sebelumnya dimiliki oleh Michael Dell sebanyak 40% dan 10% dimiliki oleh Silver Lake.
Akuisisi ini diprediksi bakal meningkatkan pemasukan Broadcom dari sisi software menjadi sekitar 45% dari pemasukan totalnya. Mereka pun akan langsung masuk ke dalam jajaran perusahaan software papan atas, setidaknya itulah prediksi Daniel Newman yang merupakan analis dari Futurum Research.
"Mempunyai (perusahaan) seperti VMware...akan membuka banyak pintu signifikan terhadap portfolio mereka yang saat ini tidak terbuka untuk mereka," jelas Newman.
Untuk melakukan akuisisi ini, Broadcom sudah mengantongi komitmen dari sejumlah konsorsium bank untuk mendapat pendanaan sebesar USD 32 miliar.
Pada 2018 lalu Broadcom pun sempat punya rencana bombastis, yaitu mengakuisisi Qualcomm. Namun niat Broadcom tersebut dihalangi oleh Presiden AS saat itu, Donald Trump, atas alasan keamanan nasional.
Sejak itu, Broadcom sudah 'belanja' sejumlah perusahaan lain. Sebut saja CA Technologies yang diakuisisi senilai USD 18,9 miliar dan divisi keamanan Symantec senilai USD 10,7 miliar.
Mereka juga sempat menjajaki kemungkinan akuisisi SAS Institute, namun niat tersebut tak dilanjutkan. [JP]