WahanaNews.co.id | Permintaan energi fosil dalam negeri yang masih tinggi bikin Indonesia kerepotan bertransformasi langsung ke energi baru terbarukan (EBT). Meski begitu, pemerintah tentunya sudah memiliki konsep untuk menjemput program net zero emission di 2060.
"Ini kan kerjaan besar untuk melakukan transisi energi, langkah besar yang juga butuh pembiayaan besar. Juga masih banyak permintaan untuk tetap perhatikan sumber daya yang ada, kita setuju. Namun kita dituntut ke depan untuk gunakan energi bersih," kata Direktur Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Luh Nyoman Puspa Dewi dalam sesi webinar, Rabu (8/12).
Baca Juga:
ALPERKLINAS Dukung Rencana PLN Ubah Tiang Listrik Jadi SPKLU, Utamakan Keselamatan Masyarakat
Puspa lantas menyoroti sektor pembangkit listrik di dalam negeri. Menurut dia, konsumsi listrik yang berasal dari energi fosil sejauh ini masih besar.
"Kemudian, kita siapkan dari sisi konsumsi dengan menyediakan energi listrik, kita exercise di situ. Di dalamnya akan ada kebijakan-kebijakan. Akan ada transisi energi di situ," sambungnya.
Tak ingin tertinggal dari negara lain, pemerintah mulai bergerak untuk menjangkau energi baru terbarukan, tapi di sisi lain tetap menggunakan sumber daya yang ada berupa energi fosil.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Dukung Rencana PLN Ubah Tiang Listrik Jadi SPKLU, Utamakan Keselamatan Masyarakat
"Dari sisi demand ada banyak yang belum bisa kita zero kan. Kalau bapak/ibu pengusaha ingin investasi di energi fosil, itu sudah susah. Dunia pun sudah menutup pintunya untuk pengembangan fosil," ungkapnya.
"Tapi kita harus bijak kembangkan fosil yang ada. Dari sisi teknologi kita bisa gunakan yang lebih clean," dia menambahkan.
Secara porsi, bauran energi primer di Tanah Air masih didominasi oleh energi fosil. Terbesar di batubara mencapai 38 persen, minyak bumi 31,6 persen, dan gas alam 19,2 persen. Sementara porsi energi baru terbarukan hanya 11,2 persen. (JP)