WahanaNews.co.id | Dewan direksi Twitter telah merancang rencana hak pemegang saham jangka terbatas yang disebut 'pil beracun'.
Hal itu dilakukan untuk mempersulit Elon Musk mengakuisisi perusahaan.
Baca Juga:
Elon Musk Beberkan Alasan Tangguhkan Akun X Pemimpin Tertinggi Iran
Dilansir detikcom, Selasa (19/4/2022), rencana itu akan mempertahankan hak bagi pemegang saham Twitter selain Musk untuk memperoleh lebih banyak saham perusahaan dengan harga relatif murah.
Ketentuan itu akan bekerja jika Musk atau investor lain mengakuisisi lebih dari 15% saham perusahaan. Saat ini Musk diketahui memiliki sekitar 9% saham di perusahaan platform media sosial itu.
"Rencana hak akan mengurangi kemungkinan bahwa entitas, orang, atau kelompok mana pun memperoleh kendali atas Twitter melalui akumulasi pasar terbuka tanpa membayar semua pemegang saham premi kontrol yang sesuai," kata perusahaan dalam pernyataannya.
Baca Juga:
Agar Elon Musk Buka Kantor X di RI, Kominfo Atur Strategi
.Hal ini pun sempat mengundang reaksi Musk. Pendiri Tesla dan SpaceX itu sempat mengomentari cuitan dan polling akun @BTC_Archive di Twitter yang menanyakan kepada responden apakah setuju jika Musk membeli perusahaan itu. Mayoritas mengisi setuju.
"Terima kasih atas dukungannya!" tulis Musk sambil membagikan jajak pendapat yang mayoritas responden mendukungnya.
Sebelumnya Musk pada Kamis (14/4) menawarkan untuk mengakuisisi semua saham di Twitter yang bukan miliknya seharga US$ 54,20 per saham, dengan nilai perusahaan sebesar US$ 41,4 miliar.
Nilai itu mewakili 38% premium dari harga penutupan pada 1 April saat Musk mengungkapkan telah jadi pemegang saham terbesar Twitter dan 18% premium dari harga penutupan Rabu.
Meski begitu, posisi Musk sebagai pemegang saham terbesar itu dengan cepat dikalahkan oleh Vanguard Group, yang saat ini memegang 10,3% saham Twitter. [JP]