WahanaNews.co.id | China juga ambisius dalam dunia penerbangan. Terbaru, mereka ingin menciptakan pesawat hipersonik yang bisa melibas Shanghai ke New York hanya dalam dua jam.
Melansir detikcom, Rabu (6/4/2022), hal itu tidak jadi masalah ketika terbang menggunakan pesawat luar angkasa hipersonik.
Baca Juga:
Dear Traveler! Ini Tips dari Pilot Bagi Kamu yang Takut Terbang
Lalu, Space Transportation yang berbasis di Beijing (Lingkong Tianxing) ingin mewujudkannya. Mereka mengembangkan kendaraan pengangkut penumpang yang dapat meluncur melintasi langit dengan kecepatan satu mil per detik, lebih dari dua kali kecepatan Concorde.
Perusahaan tersebut telah merilis video animasi yang menunjukkan penumpang (tidak perlu helm atau pakaian luar angkasa). Tampak mereka menaiki pesawat ruang angkasa 12 kursi, diapit oleh dua roket pendorong raksasa.
Kendaraan diluncurkan secara vertikal ke langit, dan setelah mencapai ketinggian jelajah, pesawat ruang angkasa terpisah dari pendorongnya dan kemudian meluncur di tepi luar angkasa dengan kecepatan 7.000 kilometer per jam, mendarat secara vertikal di tujuannya dengan bantuan tripod jenis undercarriage.
Baca Juga:
Dampak Erupsi Gunung Lewotobi, Bandara Bali Batalkan 90 Penerbangan Dalam Sehari
Menurut situs web Space Transportation, perusahaan tersebut bertujuan untuk meluncurkan penerbangan uji coba wisata ruang angkasa suborbital pertamanya pada tahun 2025, diikuti oleh penerbangan kendaraan hipersonik global skala penuh pada tahun 2030.
Inisiatif tersebut, jika direalisasikan, akan menjadi perwujudan ambisi China untuk mendapatkan ceruk yang berpotensi menguntungkan dari pariwisata luar angkasa serta penerbangan point-to-point hipersonik untuk pelancong bisnis, dan didukung oleh figur penting di sana.
Agustus lalu, mereka dapat mengumpulkan lebih dari 300 juta yuan dalam pembiayaan awal. Dana investasi industri yang berbasis di Shanghai dipimpin oleh Matrix Partners China dan Shanghai Guosheng Group milik negara.
CNN telah menghubungi Transportasi Luar Angkasa untuk komentar lebih lanjut tentang rencana peluncurannya tetapi belum menerima tanggapan.
Hubungan lama China dengan teknologi roket berawal dari pertempuran Kai-Keng pada tahun 1232. Saat itu, China ingin menangkis penjajah Mongol menggunakan rentetan panah api yang terbang.
Pemanah China menempelkan tabung bambu berisi bubuk mesiu ke panah mereka dan menyala saat diluncurkan.
Dalam konteks persaingan langit saat ini, musuh utama China sekarang adalah AS dan Rusia. Sedangkan wilayah yang diperebutkan adalah stratosfer dan orbit bumi bagian bawah.
Taruhannya juga tinggi. "Transportasi suborbital global dan pendapatan pasar pariwisata ruang angkasa diperkirakan akan berkembang sebesar 16,8%. Ukuran pasar diproyeksikan meningkat dari USD 423,7 juta pada tahun 2020 menjadi USD 1,44 miliar pada tahun 2028," menurut analisis terbaru oleh Emergen Research. [JP]