WahanaNews.co.id | Korea Utara (Korut) melakukan razia kepada warga yang mengenakan pakaian dan potongan rambut bergaya kapitalis. Gaya itu dinilai tanda pengkhianat.
Dilansir detikcom, kantor berita yang berbasis di Seoul, Korea Selatan, sejak dahulu warga yang mengenakan pakaian tertentu, seperti celana ketat atau kaus bertuliskan kata-kata asing, dan dengan gaya rambut atau panjang rambut tertentu berpotensi menimbulkan masalah di Korut.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Gaya rambut dan berpakaian para warga perempuan dan laki-laki di Korut terbatas hanya pada daftar gaya rambut dan pakaian yang "disetujui". Pejabat Liga Pemuda Patriotik Sosialis menyatakan bahwa pakaian olahraga dan rambut dalam "gaya Korea Utara" adalah elemen penting gaya hidup sosialis.
Kini, pemerintah menggencarkan upaya untuk memastikan tidak ada satu pun warga yang bergaya kapitalis di Korea Utara.
"Pada akhir bulan lalu, Liga Pemuda Patriotik Sosialis mengadakan sesi pendidikan nasional. Mereka mendefinisikan tindakan meniru gaya rambut asing sebagai 'bakat kapitalis' dan contoh 'praktik anti-sosialis'," kata seorang warga kota Hamhung yang tak ingin disebutkan namanya kepada Radio Free Asia.
Baca Juga:
Krisis Kelahiran di Korut: Pemerintah Penjarakan Dokter Aborsi dan Sita Alat Kontrasepsi
Organisasi, yang dahulu bernama Liga Pemuda Kim Il Sung-Kim Jong Il itu, disebut melakukan patroli dengan menindak anak muda yang berambut panjang hingga mencapai pinggang. Mereka yang mewarnai rambut menjadi cokelat dan memakai pakaian dengan huruf asing serta celana ketat juga turut ditindak kelompok yang kerap menyebarkan propaganda komunis itu.
"Kali ini, penumpasan terutama menargetkan wanita berusia 20-an dan 30-an. Jika tertangkap, mereka diminta menunggu di pinggir jalan hingga patroli selesai menertibkan kawasan itu. Baru setelah itu mereka dibawa ke kantor liga di distrik tersebut di mana mereka diharuskan menulis surat pengakuan kejahatan," kata sumber tersebut.
"Mereka juga harus menghubungi seseorang di rumah untuk membawakan pakaian yang dapat diterima dan barulah mereka bisa dibebaskan," dia menambahkan.
Korea Utara sejak lama telah berperang melawan infiltrasi budaya asing, terutama dari pengaruh Korea Selatan. Dalam laporan Radio Free Asia sebelumnya, pihak berwenang Korut bahkan memerintahkan anggota organisasi pemuda utama negara itu menyerahkan ponsel untuk diperiksa.
Langkah itu dilakukan untuk menelusuri siapa yang menonton dan mendistribusikan media asing atau mengeja kata-kata dengan cara Korea Selatan. [JP]