WahanaNews.co.id | Menteri Luar Negeri China Wang Yi datang ke Maladewa dan Sri Lanka. Namun, tampaknya tidak ada kesepakatan yang dihasilkan dalam kunjungan tersebut.
European Foundation for South Asian Studies (EFSAS) menilai hal itu disebabkan karena Sri Lanka dan Maladewa khawatir negaranya terkena jebakan utang China kembali. Apa lagi baru-baru ini situasi ekonomi negara tersebut tengah dilanda krisis.
Baca Juga:
Presiden Jokowi dan Presiden Wickremesinghe Bahas Peningkatan Kerja Sama Indonesia-Sri Lanka
Kekhawatiran tersebut juga diperkuat pengalaman Sri Lanka yang harus kehilangan proyek Pelabuhan Hambantota. Kini diambil alih oleh China karena Sri Lanka tidak mampu membayar utangnya.
"Bukan karena aturan pandemi yang berbeda tetapi juga kekhawatiran Sri Lanka dan Maladewa atas kedaulatan mereka yang mereka rasakan selama ini secara bertahap terkikis oleh China melalui penggunaan diplomasi perangkap utang secara paksa," kata EFSAS, dikutip dari ANI, Sabtu (15/1/2022).
Dalam kunjungan tersebut, Menlu China pertama mengunjungi Maladewa. Namun, tak ada kesepakatan yang dibuat oleh kedua negara.
Baca Juga:
Bakamla RI Terima Kunjungan Kehormatan DSCSC Sri Lanka
Hal ini membuktikan, Presiden Maladewa Ibrahim Solih yang terus mencoba membatasi pengaruh China dan perangkap utangnya. Saat ini pihaknya tengah menjalin hubungan India dan pemain utama lainnya.
Setelah mengakhiri kunjungan Maladewa, Wang terbang ke Sri Lanka yang terjerat dalam krisis ekonomi. Sri Lanka mengalami penurunan cadangan devisa menjadi US$ 1,6 miliar pada November 2021. Nilai itu disebut hanya cukup untuk menopang sekitar satu bulan impor.
Selanjutnya, krisis juga terjadi karena utang yang meningkat, krisis mata uang, dan inflasi yang tinggi. Nah dalam kunjungan Menlu China, ada pembahasan mengenai kerja sama pariwisata, investasi, dan upaya memerangi pandemi Covid-19. [JP]