WahanaNews.co.id | Uap air telah terdeteksi di atmosfer sebuah planet ekstrasurya (exoplanet) seukuran Neptunus sekitar 150 tahun cahaya dari Bumi. Penelitian yang dipresentasikan oleh para astronom di University of Kansas ini menjadi temuan penting di ranah eksplorasi luar angkasa.
Exoplanet yang ditemukan ini adalah raksasa gas yang mengorbit dekat bintangnya, yang berarti tidak dianggap sebagai tempat layak huni yang dapat mendukung kehidupan alien.
Baca Juga:
Pisah Sambut Kajari Samosir: Estafet Kepemimpinan di Bumi Ulos
Namun para ilmuwan mengatakan, temuan mereka menunjukkan bagaimana mempelajari susunan kimia atmosfer planet ekstrasurya dapat membantu para astronom mempelajari bagaimana planet-planet itu terbentuk dan bagaimana mereka membandingkannya dengan planet-planet yang lebih dekat dengan rumah kita, Bumi.
"Planet ini sedikit lebih besar dari Neptunus, tetapi sangat, sangat berbeda," kata Jonathan Brande, mahasiswa doktoral fisika dan astronomi di University of Kansas, yang memimpin penelitian, seperti dilansir detikcom.
"Jadi pertanyaannya adalah: Bagaimana planet ini terbentuk dan sampai ke tempatnya sekarang, dan bagaimana Neptunus di Tata Surya kita terbentuk dan sampai ke tempatnya sekarang?," tambahnya.
Baca Juga:
Pesawat Antariksa China dalam Perjalanan Pulang ke Bumi, Bawa Sampel Sisi Jauh Bulan
Exoplanet yang dikenal sebagai TOI-674 b ini, berukuran sekitar 1,3 kali ukuran Neptunus, tetapi orbitnya jauh lebih rapat, hanya membutuhkan waktu kurang dari dua hari untuk mengelilingi bintang induknya.
Ini bukan pertama kalinya uap air ditemukan di atmosfer sebuah exoplanet. Pada tahun 2019, Teleskop Luar Angkasa Hubble menemukan uap air di planet jauh yang dikenal sebagai K2-18b, yang berada di "zona layak huni" bintang induknya, di mana kondisinya sedemikian rupa sehingga air cair bisa ada di permukaan planet.
Tetapi Brande mengatakan, merupakan hal yang tidak biasa melihat planet seukuran Neptunus dengan atmosfer yang dapat dideteksi begitu dekat dengan bintang induknya, yang kemungkinan menunjukkan bahwa planet ekstrasurya itu lahir lebih jauh sebelum bermigrasi ke posisinya saat ini.
Penelitian ini belum dipublikasikan dalam jurnal peer-review. Brande mengatakan temuan itu telah diserahkan ke The Astronomical Journal.
Para ilmuwan mempelajari planet ekstrasurya dengan mengamatinya saat mereka lewat di depan, atau transit di bintang induknya. Mengukur spektrum cahaya yang bersinar melalui atmosfer planet ekstrasurya selama transit dapat mengungkapkan keberadaan uap air atau tanda kimia lainnya, seperti metana atau karbon dioksida.
Dalam hal ini, ukuran TOI-674 b menjadikannya target yang ideal. Setiap kali exoplanet melintas di depan bintangnya, ia memblokir 1,3% cahaya bintang.
Brande dan rekan-rekannya mengamati atmosfer TOI-674 b menggunakan instrumen Teleskop Luar Angkasa Hubble. Mereka menggabungkan pengamatan dengan data dari Satelit Survei Transit Exoplanet NASA, yang diluncurkan pada 2018, dan Teleskop Luar Angkasa Spitzer milik NASA, yang dinonaktifkan Januari lalu setelah melakukan misi selama 16 tahun.
Untuk diketahui, Teleskop Luar Angkasa James Webb NASA yang baru diluncurkan akan dapat mempelajari atmosfer exoplanet secara lebih rinci jika nanti telah resmi online akhir tahun ini. [JP]