WahanaNews.co.id | Rusia selama ini dikenal sebagai negara pemasok gas untuk banyak negara di Eropa. Kini, pasokan gas dari Rusia nampaknya akan tersendat imbas dari ketegangan invasi Rusia ke Ukraina.
Negara yang dipimpin Presiden Vladimir Putin itu mendapatkan banyak serangan 'sanksi' ekonomi dari negara-negara di Eropa imbas dari invasinya ke Ukraina. Otomatis, hubungan Rusia dengan Eropa jadi tegang.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Bahkan, Putin menyebut berbagai negara di Eropa sebagai sebutan 'negara-negara tak bersahabat'.
Dia juga menebar ancaman akan menghentikan pasokan gas dari negaranya ke 'negara-negara tak bersahabat' tersebut. Diketahui, negara-negara yang tak bersahabat itu banyak melakukan impor gas dari Rusia.
Rusia hanya akan memberikan pasokan gasnya apabila negara-negara tersebut membayar gas dengan mata uang rubel. Sampai saat ini sudah banyak negara yang pasokan gasnya dihentikan Putin. Siapa saja?
Baca Juga:
3 Negara Ini Melarang Warganya Tersenyum kepada Orang Lain, Kok Bisa?
Paling baru, Rusia menghentikan pasokan gas ke Finlandia. Hal ini dilakukan sejak Sabtu 21 Mei kemarin. Dalam catatan detikcom, gas Rusia berhenti mengalir ke Finlandia pada hari Sabtu pukul 07.00 pagi waktu setempat. Hal itu disampaikan perusahaan gas negara Gasum pada hari Jumat.
"Sangat disesalkan bahwa pasokan gas alam di bawah kontrak pasokan kami sekarang akan dihentikan," kata CEO Gasum Mika Wiljanen dilansir detikcom, Senin (23/5/2022).
Di awal pekan kemarin, Gasum menyatakan menolak permintaan Presiden Rusia Vladimir Putin agar membayar gas dalam Rubel, bukan Euro atau Dolar seperti yang tercantum dalam kontrak.
Finlandia sendiri mengandalkan Rusia untuk sekitar 68% konsumsi gas alamnya pada tahun 2020. Data itu menurut International Energy Agency.
Berhentinya pasokan gas Rusia ke Finlandia juga banyak dihubung-hubungkan dengan langkah negara itu yang mau bergabung dengan NATO. Rusia menganggap bergabungnya Finlandia dapat menjadi masalah besar.
Jauh sebelum Finlandia, ada juga Bulgaria dan Polandia yang pasokan gasnya dihentikan oleh Rusia. Negara itu menghentikan pasokan gasnya ke Polandia dan Bulgaria sejak 27 April yang lalu.
Pasokan gas dihentikan setelah Rusia mengatakan dua negara itu masuk dalam daftar negara yang bukan sahabat.
Rusia meminta negara-negara itu harus mulai membayar gas dalam mata uang Rubel atau pasokan gas akan dihentikan. Polandia dan Bulgaria sendiri telah menolak untuk membayar gas dengan Rubel.
Polandia diketahui memenuhi sebagian besar impor gasnya dan membeli 53% impornya dari perusahaan Rusia pada kuartal pertama tahun ini. Sementara itu, Bulgaria saat ini menggantungkan 90% pasokan gasnya dari Rusia.
Meski baru tiga negara yang pasokan gasnya dihentikan, Putin masih terus menekan negara lainnya dengan ancaman penghentian pasokan gas. Khususnya, negara-negara yang masuk ke dalam daftar negara tidak bersahabat.
Swiss salah satunya, bahkan negara itu mulai mencari pertolongan langsung ke Indonesia. Hal itu terungkap dalam pertemuan bilateral di acara World Economic Forum di Davos, Swiss antara Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Indonesia Arifin Tasrif dengan Menteri Lingkungan, Transportasi, Energi dan Komunikasi Swiss Simonetta Sommaruga.
Arifin mengatakan, salah satu hal yang dibahas dalam pertemuan itu adalah mengenai pasokan gas ke Uni Eropa yang terganggu, imbas dari invasi Rusia ke Ukraina. Sejumlah negara di Eropa menyetop pembelian gas ke Rusia sebagai bentuk sanksi kepada negara yang dipimpin Vladimir Putin itu.
"Dibahas mengenai persoalan energi saat ini, di mana konflik yang terjadi saat ini menyebabkan harga energi naik dan kesulitan supply.
Menanyakan kemungkinan Indonesia untuk bisa mengalokasikan LNG-nya untuk Eropa," ujar Arifin ditemui usai pertemuan di House of Swiss, Davos, Swiss, Minggu (22/5/2022).
Swiss memang salah satu negara yang paling bergantung terhadap pasokan gas impor. Sejauh ini, sanksi yang diberikan oleh Uni Eropa kepada Rusia cukup berdampak terhadap Swiss, meski negara ini bukan anggota dari Uni Eropa.
Menteri Ekonomi Swiss Guy Parmelin mengatakan, situasi ini akan sulit bagi Swiss.
"Swiss benar-benar bergantung pada impor minyak dan gas," ujar Parmelin.
Gas berkontribusi 15% terhadap total konsumsi energi di Swiss, yang mana kebanyakan digunakan untuk memasak dan penghangat. Setengah pasokannya berasal dari Rusia. [JP]