WahanaNews CO ID 1
Baca Juga:
Donald Trump Mulai Umumkan Nominasi Anggota Kabinet, Ini Daftarnya
WahanaNews.co.id | Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global selama dua tahun ke depan.
Hal itu melihat situasi terkini karena adanya invasi Rusia ke Ukraina.
Dalam ringkasan laporan IMF yang bertajuk World Economic Outlook: War Sets Bank The Global Recovery, ekonomi dunia diperkirakan hanya mampu tumbuh 3,6% pada 2022 dan 2023, atau menyusut 0,8% dan 0,2% dari perkiraan Januari 2022.
"Dampak ekonomi dari perang menyebar jauh dan luas," kata organisasi itu dilansir detikcom, Rabu (20/4/2022).
Baca Juga:
Prabowo Dukung Solusi Dua Negara untuk Selesaikan Konflik Palestina
Bank Dunia juga memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global minggu ini. Sekarang pihaknya memperkirakan ekonomi dunia hanya mampu tumbuh sebesar 3,2% pada 2022, dari perkiraan sebelumnya 4,1%.
Perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina diperkirakan dampak parahnya akan menghantam kedua negara tersebut. IMF memperkirakan ekonomi Ukraina menyusut 35% tahun ini, sementara upaya Barat menghukum Rusia menyebabkan ekonominya terkontraksi 8,5%.
Dikarenakan perang telah menyebabkan lonjakan harga energi dan komoditas lainnya, dampak masalah rantai pasokan dan inflasi terasa hampir di mana-mana.
"Perang akan sangat menghambat pemulihan global, memperlambat pertumbuhan dan meningkatkan inflasi lebih jauh," kata IMF, menekankan bahwa ekonomi dunia belum sepenuhnya pulih dari pandemi Covid-19 ketika Rusia menginvasi Ukraina.
Di Eropa yang sangat bergantung pada Rusia untuk memenuhi kebutuhan energinya, pertumbuhan ekonomi diperkirakan melambat jadi 2,8% pada 2022, turun 1,1 poin dibandingkan Januari.
Sementara di AS, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonominya sebesar 3,7% pada 2022 dan 2,3% pada 2023, turun 0,3 poin sejak perkiraan terakhirnya.
Di China, perkirakan IMF akan mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 4,4% pada 2022, jauh di bawah target resmi Beijing sekitar 5,5%. Ekonomi terbesar kedua di dunia itu terhambat kebijakan lockdown untuk menghentikan penyebaran Covid-19.
Laporan tersebut mengamati bahwa prospek ekonomi global telah memburuk secara signifikan sejak awal tahun. Meski begitu, laporan tersebut tidak memprediksi resesi yang biasanya disebut IMF ketika pertumbuhan turun menjadi 2,5% atau lebih rendah.
Terlepas dari itu, IMF mencatat ketidakpastian jauh di luar kisaran normal seputar proyeksinya karena sifat guncangan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Risiko perlambatan yang lebih besar ditambah inflasi yang terus-menerus tinggi jadi pemicunya. [JP]