WahanaNews.co.id | Data dari Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat (AS) menyebutkan indeks harga konsumen (IHK) AS naik 0,5% secara bulanan. Sedangkan selama satu tahun IHK melonjak 7% ini merupakan yang tertinggi sejak Juni 1982.
Melansir detikcom disebutkan, hal ini turut mengerek harga rumah dan harga barang di pasaran. Kalangan ekonom di AS mengkhawatirkan terjadinya kondisi yang lebih buruk karena kenaikan harga terjadi saat ekonomi melambat.
Baca Juga:
BPS: Ikan Layang dan Bawang Merah Sumbang Inflasi Tertinggi September 2024, 0,18 Persen
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh pemerintah untuk melawan inflasi dan tetap menggenjot perekonomian. Salah satunya adalah dengan menurunkan suku bunga acuan.
Masalahnya di Amerika Serikat (AS) suku bunga acuan bahkan sudah mendekati nol persen selama hampir dua tahun.
Pilihan mengerek suku bunga untuk melawan inflasi disebut bisa membuat ekonomi makin lambat. Hal ini sudah terjadi di Inggris, ketika bank sentral menaikkan suku bunga bulan lalu untuk memerangi kenaikan harga yang tinggi.
Baca Juga:
Menkeu Sebut Inflasi Terkendali, Daya Beli Masyarakat Tetap Kuat di 2023
Kasus Omicron yang terjadi pada akhir 2021 lalu memang diproyeksi bisa mengganggu proses pemulihan ekonomi AS. Tahun 2022 ekonomi diramal bisa bangkit namun tetap dibayangi kekhawatiran lonjakan kasus Covid-19.
Kepala riset Invesco Kristina Hooper mengungkapkan memang Fed sebagai pemangku kebijakan selalu dihadapkan risiko salah mengambil langkah.
Namun, Hooper menyakini Jerome Powell mampu menjaga moneter AS sehingga tak menimbulkan gejolak. "Banyak yang waspada tentang stagflasi, tapi saat ini AS tidak punya pengangguran yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi berada di atas tren ekonomi dunia," jelas dia.
Bank sentral memang terus menghadapi banyak krisis dalam beberapa dekade terakhir. "Kerangka kebijakan moneter The Fed sekarang sedang dijui secara real time," kata Kepala Ekonom Morning Consult John Leer.
Ahli Strategi Makro AS Truist Financial Mike Skordeles kondisi inflasi ini akan mempengaruhi permintaan dan daya beli masyarakat. Hal ini terjadi karena harga yang terlalu tinggi membuat masyarakat tak mampu membayar dan membeli barang. [JP]