WahanaNews.co.id | Perang yang berkecamuk antara Rusia dan Ukraina juga melibatkan jagat siber, di mana para hacker Rusia kabarnya terus mencoba mengganggu infrastruktur penting di Ukraina. Perang siber ini diprediksi akan merembet ke ranah global.
Dalam beberapa minggu belakangan, hacker Rusia disebut mengincar sistem pemerintahan dan perbankan Ukraina. Biro sekuriti ESET mengaku telah melacak malware canggih bernama wiper yang bertujuan untuk menghapus data dari sistem yang diserang, lalu lalang di Ukraina.
Baca Juga:
Ngeri! Infrastruktur Ukraina yang Rusak Akibat Perang Capai 2 Kuadriliun
Rusia sendiri membantahnya walaupun banyak yang meragukannya. "Kami tidak pernah melakukan operasi kejahatan di jagat siber," sebut pihak Rusia menanggapi laporan itu, dilansir detikcom dari The Guardian, Sabtu (26/2/2022).
Apapun itu, serangan ke Ukraina membuat negara-negara barat waspada karena cemas akan terjadi konflik digital yang jauh lebih besar. Pejabat di Amerika Serikat dan Inggris telah memperingatkan para pebisnis untuk mewaspadai aktivitas mencurigakan dari Rusia di jaringan mereka.
Sedangkan Perdana Menteri Estonia, Kaja Kallas, memperingatkan bahwa negara-negara Eropa harus waspada terhadap keamanan siber di negara masing-masing.
Baca Juga:
Penasihat Zelensky Mundur Gara-gara Urusan Rudal Rusia
Pakar keamanan cyber menyatakan bahwa konflik perang siber antara Rusia dan negara-negara barat adalah kemungkinan yang tak dapat dikesampingkan. Namun mungkin skalanya tidak sangat besar.
"Hal itu adalah sesuatu yang sangat mungkin terjadi. Namun saya pikir penting juga bagi kita untuk melihat bagaimana kenyataan dari sebuah perang siber," kata John Hultquit, presiden dari perusahaan analis intelijen, Mandiant.
"Kadang perang siber diperbandingkan dengan perang yang sesungguhnya. Namun realitasnya adalah, kebanyakan perang siber yang kita saksikan tidak melibatkan kekerasan," tambahnya.
Namun demikian, malware canggih bisa menimbulkan kerugian yang tidak sedikit dalam sebuah perang siber. Rusia sendiri menurut Hultquit sudah lama mencoba menyusup ke infrastruktur negara seperti AS, Inggris dan Jerman. [JP]