WahanaNews.co.id | Pemerintah koalisi Jerman dan aliansi konservatif Uni Kristen Demokrat dan Uni Kristen Sosial Jerman (CDU/CSU) pada hari Minggu (29/05) menyepakati rincian penambahan anggaran militer sebesar €100 miliar.
Melansir dari detikcom, setelah perundingan selama lebih dari tiga jam di Berlin, kedua belah pihak menyelesaikan rancangan anggaran yang dikhususkan untuk angkatan bersenjata militer Jerman 'Bundeswehr'.
Baca Juga:
Klaim NATO tentang Bantuan Militer Iran ke Rusia di Ukraina Tak Berdasar dan Bermotif Politik
Proposal tersebut membutuhkan mayoritas dua pertiga suara di kedua kubu parlemen, sehingga Kanselir Olaf Scholz meminta persetujuan dari partai-partai oposisi kanan-tengah Jerman.
Investasi anggaran militer besar-besaran ini dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari lalu.
Scholz mengumumkan bahwa pemerintah akan meningkatkan pengeluaran militernya selang dua hari setelah tank Rusia meluncur ke Ukraina.
Baca Juga:
Terpilih Jadi Sekjen NATO, Ini Profil Perdana Menteri Belanda Mark Rutte
Scholz juga berkomitmen bahwa Jerman akan membelanjakan 2% dari PDB per tahunnya untuk anggaran pertahanan, yang ditandatangani oleh semua anggota NATO pada tahun 2006, di mana Jerman belum ikut menyetujui komitmen tersebut pada waktu itu.
"Jelas kita perlu berinvestasi lebih banyak secara signifikan dalam keamanan negara kita untuk melindungi kebebasan dan hak demokrasi kita," ungkap Scholz.
Sebelumnya, Jerman sering dikritik oleh Amerika Serikat dan sekutu NATO lainnya karena tidak cukup berinvestasi dalam hal pertahanan.
Pada tahun 2022, Jerman telah menyiapkan anggaran sebesar €53 miliar untuk Kementerian Pertahanan, di mana anggaran meningkat 3,2% dari tahun lalu. Agar dapat memenuhi target 2% komitmen NATO, Jerman perlu menghabiskan sekitar €70 miliar per tahun.
Jika disetujui oleh parlemen, pengeluaran tambahan tersebut akan menjadi lompatan terbesar dalam pengeluaran militer Jerman sejak Perang Dunia ke-II. [JP]