WahanaNews.co.id | Pabrikan truk raksasa asal Rusia, Kamaz tengah kekurangan tenaga kerja. Alih-alih membuka lowongan kerja, Kamaz bakal mempekerjakan narapidana.
CEO Kamaz, Sergei Kogogin mengatakan sedang mencari tahu bagaimana para narapidana bisa dipekerjakan di pabrik yang berlokasi di Naberezhnye Chelny, Rusia.
Baca Juga:
Penggunaan Rudal Barat oleh Ukraina Potensi Pembenaran Rusia Gunakan Senjata Nuklir
"Saat ini kami sedang menilai bersama dengan Federal Penitentiary Service (FSIN) bagaimana mempekerjakan tahanan," ujar Sergei seperti dikutip Autoblog, Selasa (21/12/2021).
Bukan tanpa alasan, Kamaz tengah mengoptimalisasi potensi pabrik. Disebutkan bukan perkara mudah untuk mencari pekerja secara besar-besaran di era pandemi. Sebab pembatasan terkait pandemi telah mendorong banyak pekerja migran meninggalkan Rusia, memaksa pihak berwenang dan perusahaan swasta untuk memikirkan cara mengisi kekurangan pekerja.
Perusahaan yang 47% dimiliki oleh konglomerat Rostec dan 15% oleh Daimler itu telah membawa sebanyak 450 pekerja migran dari Uzbekistan, tetapi itu belum cukup.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Sekarang Kamaz mempertimbangkan untuk mencari pekerja di penjara Rusia. Sebab pabrik yang berlokasi di Naberzhnye, Chelny, sebuah kota yang berjarak 900 kilometer masih kekurangan 4.000 pekerja. Pabrik tersebut saat ini sudah mempekerjakan 24.000 orang.
Lembaga Pemasyarakatan Federal (FSIN) awal tahun ini mengusulkan rencana untuk menggunakan narapidana untuk menambah tenaga kerja.
Menurut siaran pers Kamaz, jumlah lowongan staf potensial untuk tahanan tidak akan melebihi 100 orang dan akan menjadi bagian dari "program sosial" perusahaan.
"FSIN memiliki program untuk mempekerjakan narapidana yang dihukum karena kejahatan ringan. Kami siap menerima hingga beberapa lusin (orang)." siaran pers Kamaz menjelaskan.
Dikutip RT News, pada awal tahun ini, FSIN mengusulkan rencana untuk menggunakan narapidana sebagai pekerja di sektor ekonomi Rusia yang kekurangan staf di tengah arus keluar migran akibat pandemi Covid-19.
Menurut mantan kepala sistem penjara, Aleksandr Kalashnikov, sekitar 188.000 orang di Rusia dapat diganti hukumannya dengan kerja wajib. Kalashnikov menekankan bahwa sistem tersebut tak seperti kamp kerja paksa gulag yang terkenal yang banyak digunakan pada masa awal Soviet.
Menurut FSIN, bisnis Rusia semakin tertarik menggunakan tenaga kerja narapidana, dan 715 pekerjaan di 11 wilayah telah ditempati oleh pekerja dari penjara di bawah program FSIN yang ada pada November. Beberapa dari mereka bahkan dikabarkan menerima gaji yang melebihi rata-rata daerah. (JP)