WahanaNews.co.id | Pesawat robotik China Chang'e 5 menemukan bukti keberadaan air di permukaan bulan, yang selama ini dianggap tak mempunyai air.
Tim peneliti yang dipimpin Profesor Lin Yangting dan Lin Honglei dari Insitute of Geology and Geophysics di Chinese Academy of Sciences menemukan adanya bekas air di bebatuan yang diambil Chang'e 5 dari permukaan bulan.
Baca Juga:
Daftar 10 Bank Terbesar Dunia 2024, Ada Dominasi Asia dan China di Puncak
Temuan ini dipublikasikan di jurnal Science Advances, yang juga melibatkan peneliti dari national Space Science Center of CAS, University of Hawaii, Shanghai Institute of Technical Physics of CAS, dan Nanjing University.
Chang'e 5 mendarat pada bagian bulan yang berlapis batu basalt muda, dan mengirimkan bebatuan seberat 1.731 gram ke bumi. Sebelum diambil dan dikirim ke Bumi, bebatuan itu diuji menggunakan lunar mineralogical spectrometer (LMS) yang ada di pesawat robotik tersebut.
Dari hasil pengujian tersebut terlihat adanya bekas air dalam bebatuan itu. Air (OH/H20) bisa terdeteksi menggunakan spektrometer di ~3 µm. Hanya saja, pada 2 µm, emisi panas dari lapisan bulan yang panas bakal mengubah dari menutupi fitur spektrometer tersebut.
Baca Juga:
Jangan Sembarangan Install Aplikasi Gratis di Hp, Bahaya Pencurian Data Pribadi
Alhasil para peneliti menggunakan model koreksi thermal untuk membaca hasil spektrometer tersebut. Hasil analisis tersebut menemukan adanya genangan air sebanyak 120 ppm di tempat Chang'e mendarat.
Diberitakan sebelumnya, Chang'e-5 adalah misi tanpa awak yang mendarat di sisi terdekat Bulan (sisi yang menghadap Bumi) pada Desember 2020. Misi tersebut membawa 1,7 kilogram batuan Bulan ke Bumi. Ini menjadi sampel pertama yang dikumpulkan dari Bulan sejak 1976 yang menggunakan misi Luna 24 Uni Soviet.
Tujuan dari misi Chang'e-5 adalah untuk menemukan bukti dari beberapa letusan gunung berapi termuda di Bulan Meskipun para ilmuwan sebelumnya telah dapat memprediksi batuan vulkanik pada usia ini di Bulan, dengan mempelajari jumlah kawah tumbukan di permukaan bulan, tetap tidak mungkin mengkonfirmasi hal tersebut tanpa memeriksa sampel.
Analisis sampel dilakukan dengan menggunakan instrumen sensitive high-resolution ion microprobe (SHRIMP), di SHRIMP Center di Beijing, China.
Pertama, materi disortir. Para peneliti secara manual memilih beberapa fragmen kecil basal (batu vulkanik), berukuran kira-kira 2 milimeter untuk diselidiki. Selanjutnya, dilakukan analisis laboratorium, lalu membangun teknik seperti yang dikembangkan pada 1970-an untuk analisis sampel Apollo pertama. [JP]