WahanaNews.co.id | Plt. Kepala PRBM Eijkman Wien Kusharyoto menyebutkan, Omicron lebih menular dibandingkan Delta karena kemampuannya dalam menghindari eliminasi antibodi, namun tingkat keparahan infeksi lebih rendah.
"Pada protein spike varian delta hanya terdapat 9 mutasi asam amino, dan 2 di antaranya terdapat pada receptor binding domain (RBD). Perubahan ini membuat varian Delta menghindari respons kekebalan terutama dalam hal ini, peningkatan antibodi, penetralisir virus yang sudah terdapat pada seseorang yang sudah divaksinasi maupun yang belum divaksinasi," bebernya saat berbicara di webinar Talk to Scientists, seperti dilansir detikcom Rabu (26/1/2022).
Baca Juga:
Jokowi Imbau Masyarakat Segera Vaksinasi Covid-19 Dosis Pertama hingga Booster Kedua
Dalam varian Omicron, urainya, jumlah mutasinya meningkat tajam. Keseluruhan genom virus memiliki sekitar 50-60 mutasi, 30 di antaranya terdapat pada protein spike, dan 15 di antaranya terdapat pada RBD.
"RBD adalah bagian dari protein spike yang kemudian bertanggung jawab terhadap peningkatan pada reseptornya. Ini membuat Omicron mampu menghindar lebih baik dari netralisasi oleh antibodi-antibodi yang sebelumnya sudah terbentuk baik oleh varian sebelumnya, maupun vaksinasi, bahkan setelah dua kali vaksinasi," jelasnya.
Tingkat infeksi lebih rendah
Baca Juga:
Kemenkes Laporkan Vaksinasi Covid-19 Booster Pertama Capai 68.655.569 Dosis
Meski lebih menular dibandingkan Delta karena kemampuannya dalam menghindari eliminasi antibodi, tingkat keparahan infeksi Omicron lebih rendah.
"Berdasarkan studi, terjadi penurunan risiko terhadap hospitalisasi oleh varian Omicron dibandingkan Delta di tingkat populasi sebesar 40-45%," kata Wien.
Selain itu, varian Omicron juga menunjukkan 74% penurunan perawatan di instalasi gawat darurat (IGD) dibandingkan Delta, dan 70% penurunan lama perawatan di IGD bagi yang terinfeksi dibandingkan Delta.
Masih menurut studi, tingkat keparahan infeksi Omicron lebih rendah terutama karena varian Omicron menyerang sel pada saluran pernapasan atas.
"Varian Omicron tidak cukup mampu menyerang sel paru-paru sehingga serangan ke sel paru-paru lebih rendah dibandingkan Delta. Namun karena kemudahan dalam menginfeksi, akhirnya varian Omicron ini lebih banyak menginfeksi saluran pernapasan atas," terangnya.
Perlunya vaksin booster
Melihat karakteristik varian Omicron yang mampu menghindari kekebalan tubuh ini, diperlukan vaksinasi dosis ketiga atau booster.
"Efektivitas vaksin memang jauh lebih rendah oleh varian Omicron, namun dapat dilakukan booster agar perlindungannya menjadi lebih tinggi," kata Wien.
Namun ia juga mengingatkan, seiring berjalannya waktu vaksinasi booster pun akan berkurang efektivitasnya, kira-kira setelah 2,5 bulan pemberian booster.
Penurunan efektivitas booster kemungkinan besar lebih landai dibandingkan dengan penurunan perlindungan setelah vaksinasi tahap kedua. Menurutnya, varian Omicron dapat menambah infeksi lebih parah terhadap seseorang dan hospitalisasi bagi mereka yang belum divaksinasi. [JP]