WahanaNews.co.id | Negara China dipandang Amerika Serikat (AS) dan NATO sebagai bahaya potensial dalam konflik Rusia-Ukraina. Beijing menolak mengutuk Moskow dan Washington khawatur jikalau China menyokong penuh kebutuhan finansial dan militer Rusia.
Dilansir detikcom dari AFP, Jumat (18/3/2022), Presiden AS Joe Biden akan mengadakan pembicaraan via telepon dengan Presiden China Xi Jinping, Jumat waktu setempat. Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken memastikan bosnya bakal menekan China untuk mengakhiri perang ketimbang malah mendukung Rusia terus menggempur Ukraina.
Baca Juga:
Film Indonesia Pabrik Gula Disambut Meriah di Amerika
"(Biden) Akan menegaskan bahwa China akan menanggung akibat atas langkah apapun yang diambil untuk mendukung agresi Rusia dan kita (AS) tidak akan ragu untuk mengenakan biayanya," kata Blinken.
Konsekuensi ekonomi dari perang dapat memotong pertumbuhan global melampaui 1% dalam 12 bulan mendatang. Ini dijelaskan oleh Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD).
Rusia melancarkan serangan ke Ukraina, termasuk ke sipil. Gedung sekolah dan pusat kebudayaan di Merefa Ukraina dihajar artileri rusia, 21 orang tewas. Namun sampai saat ini, Ukraina terus melawan. Blinken tidak melihat Presiden Vladimir Putin akan menghentikan serangan.
Baca Juga:
Pemerintah AS Berencana Setop Dana Vaksin Global untuk Negara Berkembang
"Secara sengaja menargetkan sipil adalah berarti suatu kejahatan perang. Setelah semuanya hancur dalam beberapa pekan terakhir, saya sulit menyimpulkan Rusia akan memutuskan hal lain," kata Blinken. [JP]