WahanaNews.co.id | Aksi Elon Musk menawar Twitter memicu kekhawatiran investor Tesla. Jika tawarannya diterima, dicemaskan Elon Musk akan kewalahan mengingat saat ini ia telah menjadi bos di Tesla dan SpaceX.
Saham Tesla (TSLA) turun hampir 4% pada Kamis (14/4) setelah Musk mengungkapkan bahwa dia telah mengajukan tawaran lebih dari US$ 41 miliar untuk membeli Twitter (TWTR). Saham Tesla memang naik sedikit pada Senin (18/4), tetapi masih turun 6% sejauh ini pada 2022.
Baca Juga:
Elon Musk Beberkan Alasan Tangguhkan Akun X Pemimpin Tertinggi Iran
"Elon Musk harus fokus pada Tesla dan tidak membuang waktu untuk mencoba memperoleh dan mengelola (Twitter). Tesla menghadapi persaingan yang signifikan di bidang kendaraan listrik. Pembuat mobil besar mengejar dan memproduksi kendaraan listrik yang inovatif," kata CEO New Constructs, David Trainer dilansir detikcom, Selasa (19/4/2022).
Ada juga ancaman yang berkembang dari saingan produsen kendaraan listrik (electric vehicle/EV) baru seperti Rivian dan Lucid di AS, serta Nio (NIO), Xpeng dan Li Auto di China.
"Dengan meningkatnya persaingan di seluruh dunia, orang akan berpikir bahwa Musk ingin memprioritaskan Tesla daripada berbelok ke Twitter," tuturnya.
Baca Juga:
Agar Elon Musk Buka Kantor X di RI, Kominfo Atur Strategi
Tesla belum berkomentar apakah ambisi Musk di Twitter dapat menghilangkan fokusnya pada Tesla. Terlepas dari itu, perusahaan telah berhasil berkembang.
Tesla diperkirakan akan melaporkan peningkatan pendapatan per saham hampir 145% dari tahun lalu. Analis memperkirakan lonjakan penjualan lebih dari 70% berkat permintaan global yang kuat untuk kendaraan Model S, X, 3 dan Y perusahaan.
Upaya Musk yang ingin mengambil alih Twitter dan membentuknya menjadi platform yang lebih mendukung kebebasan berbicara, disebut bisa membuat beberapa perusahaan terkemuka enggan mengeluarkan uang untuk Twitter.
"Karena Musk telah menunjukkan keinginannya untuk mengubah Twitter terutama terkait dengan moderasi konten, beberapa merek besar mungkin ragu untuk menempatkan iklan di sebelah konten yang mereka anggap lebih meragukan," kata Ali Mogharabi dari Morningstar dalam sebuah laporan.
Risiko terbesarnya adalah Musk tidak fokus pada Tesla dan perusahaan dapat menanggung lebih banyak masalah. Tidak seperti SpaceX yang memiliki presiden lama dan COO Gwynne Shotwell untuk mengelola bisnis sehari-hari, Tesla telah lama kekurangan eksekutif.
Beberapa manajer puncak telah meninggalkan Tesla dalam beberapa tahun terakhir, termasuk kepergian eksekutif otomotif Jerome Guillen tahun lalu. Bangku manajemen Tesla sekarang sangat tipis.
Jadi, jika Musk serius ingin menambahkan Twitter ke kerajaan keuangannya yang besar, disarankan bagi Tesla untuk menjelaskan kepada Wall Street siapa yang akan mengambil keputusan di sana. [JP]