WahanaNews.co.id | Badan luar angkasa Rusia Roscosmos memastikan akan menunda peluncuran roket Soyuz, yang sejatinya akan diluncurkan di French Guiana pada April mendatang.
Dilansir detikcom dari The Verge, penundaan itu dilakukan karena sanksi yang dikenakan Uni Eropa terhadap Rusia, akibat invasi Rusia ke Ukraina, yang terjadi mulai Kamis (24/2) lalu.
Baca Juga:
Ultimatum Dunia, Putin Tegaskan Rusia Siap Gunakan Nuklir untuk Bela Diri
"Roscosmos menyetop kooperasi dengan rekan di Eropa dalam hal mengorganisasi peluncuran ke luar angkasa dari Kourou Cosmodrome dan menarik semua personelnya, termasuk kru peluncuran, dari French Guiana," tulis Roscosmos dalam kicauannya di akun Twitter resminya.
Roscosmos sedang merencanakan penarikan 87 stafnya dari Guiana Space Center di Kourou, yang sejatinya akan membantu peluncuran roket Soyuz untuk Roscosmos dan perusahaan Rusia lain.
Arianspace sebelumnya berencana memakai roket Soyuz itu untuk meluncurkan satelit dari French Guiana dan Baikonur Cosmodrome di Kazakhstan. Satelit yang akan diluncurkan Arianespace itu adalah dua satlit Galileo, yang dijadwalkan akan mengorbit pada April mendatang.
Baca Juga:
Damaskus Diserbu, Lebih dari 50.000 Warga Suriah Selamatkan diri ke Lebanon
Namun kini jadwal peluncuran itu pun harus tertunda, karena Amerika Serikat dan Uni Eropa menjatuhkan berbagai sanksi ke Rusia akibat invasinya ke Ukraina.
"Saya memastikan keputusan ini tidak ada konsekuensinya dengan kelanjutan dan kualitas layanan Galileo dan Copernicus," jelas Thierry Breton, European Commissioner for Space, dalam pernyataannya.
Rusia dan Eropa sebenarnya tengah menyiapkan misi robotik ke Mars, yang dijadwalkan akan meluncur pada tahun 2022 ini. Direktur European Space Agency Josef Aschbacher memastikan kalau ESA akan terus bekerja dengan semua programernya, termasuk pada misi ISS dan EXOMars, namun ia pun tetap memantau perkembangan situasi saat ini. [JP]