WahanaNews.co.id | Pemerintah Jerman telah menolak larangan total atas impor gas dan minyak (migas) Rusia sebagai sanksi atas invasi ke Ukraina. Namun, suara-suara kini meningkat agar pemerintah Jerman mengabaikan kepentingan ekonomi untuk mengambil sikap moral.
Setelah Amerika Serikat dan Inggris memberlakukan larangan migas Rusia, tekanan kini meningkat terhadap pemerintah Kanselir Jerman Olaf Scholz dan anggota G7 lainnya untuk mengikutinya.
Baca Juga:
Thomas Muller Resmi Pensiun dari Tim Nasional Jerman Setelah 14 Tahun Berkarier
Seperti dilansir detikcom dari kantor berita AFP, Kamis (10/3/2022), sekelompok aktivis iklim, akademisi, penulis dan ilmuwan Jerman menerbitkan surat terbuka kepada pemerintah Jerman pada hari Rabu (9/3) waktu setempat. Isinya menuntut larangan total migas Rusia, dengan alasan bahwa "kita semua membiayai perang ini".
Dalam sebuah opini surat kabar minggu ini, anggota parlemen konservatif dan pakar kebijakan luar negeri Jerman, Norbert Roettgen, juga mengatakan satu-satunya tindakan yang benar adalah "menghentikan bisnis minyak dan gas Rusia sekarang".
"Hampir satu miliar euro (US$ 1,1 miliar) dituangkan ke dalam peti perang (Presiden Rusia Vladimir) Putin setiap hari, menggagalkan sanksi-sanksi kita terhadap bank sentral Rusia, dan bagi banyak warga Ukraina, akan terlambat jika kita ragu sekarang," demikian ditulisnya.
Baca Juga:
Euro 2024: Slovenia vs Serbia Berakhir Imbang 1-1
Sejauh ini, pemerintah Scholz belum mengubah pendiriannya. Alasannya, bahwa sanksi tidak boleh mengambil risiko mengacaukan negara-negara yang memberlakukannya.
Dikarenakan Jerman mengimpor lebih dari setengah gas dan batu bara dan sekitar sepertiga minyaknya dari Rusia, para ahli mengatakan masa transisi akan diperlukan untuk menghindari mati lampu. [JP]