WahanaNews.co.id | Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membawa secercah kabar baik perihal risiko reinfeksi BA.2 pada orang yang sudah pernah terpapar BA.1.
Subvarian 'Omicron siluman' BA.2 diyakini menular lebih cepat, bahkan mengalahkan varian Omicron BA.1 yang kini merebak dan memicu lonjakan kasus Covid-19 di banyak negara.
Baca Juga:
BPOM Peringatkan Bahaya AMR: Dari Evolusi Mikroba ke Ancaman Global
Pada 22 Februari 2022, mengacu pada data terkait penularan, tingkat keparahan, infeksi ulang, diagnostik, serta dampak vaksin Covid-19, WHO menegaskan BA.2 harus tetap dianggap sebagai varian yang diperhatikan dan diklasifikasikan sebagai Omicron.
Pada negara-negara yang sudah menunjukkan penurunan kasus Covid-19, WHO terus melakukan pemantauan untuk bisa melakukan penyesuaian jika kasus reinfeksi atau infeksi ulang BA.2 meningkat pada orang yang sudah pernah terpapar BA.1.
Penelitian menyebut, BA.2 memang memiliki keunggulan pertumbuhan lebih besar dibandingkan BA.1. Hingga kini, studi terus berlangsung untuk melihat penyebab unggulnya pertumbuhan BA.2. Namun data awal menunjukkan, BA.2 secara inheren lebih menular daripada BA.1.
Baca Juga:
Surabaya Terbitkan Surat Pengakuan dalam Healthy City Network dengan Akreditasi WHO SEARO
Menurut ahli epidemiologi dan pimpinan teknis WHO untuk Covid-19, Maria Van Kerkhove, tidak ada negara yang menunjukkan kembalinya peningkatan jumlah kasus baru setelah kasus COVID-19 mereda di gelombang ketiga akibat Omicron. Kerkhove optimistis, itu adalah 'pertanda baik'. Lebih bagi menurutnya, tidak ada perbedaan risiko reinfeksi pada BA.1 dan BA.2
"Jika ada peningkatan, itu berarti infeksi ulang kemungkinan akan terjadi dan karena kami tidak melihat itu, itu pertanda baik," kata Kerkhove dalam konferensi pers, dikutip detikcom dari Mint, Senin (28/2/2022).
Seiring penelitian yang kini masih berlangsung, data awal studi menyebut infeksi BA.1 bisa memberikan perlindungan yang kuat dari risiko infeksi ulang akibat BA.2. Setidaknya, untuk periode waktu yang terbatas.