WahanaNews.co.id | Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut bakal memasok ribuan dosis obat antiretroviral untuk pasien HIV di Ukraina selama 12 bulan ke depan.
WHO menegaskan, kemajuan dalam pengendalian HIV yang sudah diperoleh beberapa tahun terakhir ini rusak imbas perang Rusia-Ukraina.
Baca Juga:
Berikut Tips Pencegahan Cacar Monyet Agar Tidak Tertular
Bulan lalu, badan PBB untuk HIV-AIDS memperingatkan bahwa persediaan obat untuk pasien HIV di Ukraina hanya cukup untuk waktu kurang dari sebulan.
Mengingat, Ukraina memiliki sekitar 260 ribu orang yang hidup dengan HIV. Angka tersebut merupakan jumlah terbesar kedua di Eropa setelah Rusia.
"Perang ini berpotensi merusak kemajuan yang diperoleh dengan susah payah beberapa tahun terakhir pada sejumlah masalah kesehatan, termasuk HIV. Kami tidak bisa membiarkan itu terjadi ketika Ukraina mulai menyampingkan HIV," kata Direktur Regional WHO untuk Eropa Hans kata Henri P. Kluge, dikutip detikcom dari Reuters, Rabu (6/4/2022).
Baca Juga:
Muncul di Jakarta hingga Kaltara, Covid-19 JN.1 Tembus 112 Kasus
WHO bersama Rencana Darurat Presiden Amerika Serikat untuk Bantuan AIDS (PEPFAR), pihak berwenang Ukraina, serta mitra lainnya, telah membeli 2019 ribu paket obat antiretroviral generik TLD.
Meskipun hingga kini tidak ada obat untuk HIV, obat antiretroviral diandalkan untuk mengendalikan virus dan mencegah penularan seksual ke orang lain. Setiap gangguan dalam pengobatan dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk resistensi obat.
WHO menyebut, gelombang pertama distribusi obat HIV telah melintasi perbatasan Polandia ke Ukraina dan akan diangkut ke fasilitas layanan HIV di seluruh wilayah Ukraina. [JP]