WahanaNews.co.id | Sebagai upaya untuk mendorong ekonomi negara terbesar kedua dunia itu dari perlambatan akibat pandemi Covid-19, pemerintah China menyerukan untuk menarik pajak lebih banyak kepada warganya.
"Ekonomi negara kita menghadapi tekanan baru ke bawah. Perlu lebih banyak pemotongan pajak dan biaya (administratif) untuk memastikan awal ekonomi yang stabil pada kuartal pertama dan menstabilkan ekonomi makro," kata Perdana Menteri Li Keqiang kepada pejabat keuangan dan pajak melansir detikcom, Jumat (7/1/2022).
Baca Juga:
China Klaim Sebagai Negara Teraman di Dunia
Pernyataan Li itu menunjukkan bahwa Beijing sedang mempertimbangkan kembali pendekatan terhadap kebijakan dalam menghadapi masalah ekonomi yang meningkat. Selama pertemuan penting bulan lalu, Presiden China Xi Jinping dan para pemimpin lainnya sepakat bahwa stabilitas sebagai prioritas utama mereka untuk 2022.
Ekonomi China menghadapi prospek perlambatan tahun ini. Dalam pidatonya, Li menekankan perlunya memperpanjang pemotongan pajak untuk perusahaan kecil dan mikro serta usaha perorangan. Kebijakan itu telah berakhir pada akhir 2021.
Sektor jasa juga disebut membutuhkan langkah keringanan pajak khusus. Berbagai industri telah dihantam pandemi karena orang lebih sedikit mengeluarkan uang dan banyak menghabiskan waktu di rumah.
Baca Juga:
Inflasi China Tembus Rekor Dalam 2 Tahun, Gegara Daging Babi?
Menurut survei swasta Caixin/Markit yang dirilis Kamis (6/1), data terbaru menunjukkan bahwa aktivitas di sektor jasa China naik pada Desember dari bulan sebelumnya. Meski begitu, ketidakpastian terkait pandemi membebani kepercayaan bisnis dengan sentimen tergelincir ke level terendah 15 bulan.
"Pemulihan belanja konsumen terhenti dalam menghadapi wabah Covid berulang di akhir 2021 yang menyebabkan pembatasan lokal dan rasa kehati-hatian yang lebih luas di antara rumah tangga," tulis ekonom di Capital Economics. [JP]