WahanaNews.co.id | Konflik Rusia-Ukraina ikut berdampak pada kolaborasi Amerika Serikat dan Rusia di stasiun luar angkasa (ISS). Apalagi kepala badan antariksa Rusia (Roscosmos) Dmitry Rogozin juga beberapa kali mengancam akan cabut dari ISS dan meninggalkan astronaut AS di sana.
NASA pun mengungkap nasib ISS jika Rusia benar-benar meninggalkan ISS. Dalam laman FAQ yang baru saja dirilis, NASA merespons beberapa ancaman Rusia, termasuk apa yang terjadi di Rusia meninggalkan ISS hingga kemungkinan bagian Rusia dipisahkan dari ISS dan menjadi stasiun sendiri.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Jawabannya, jika Rusia meninggalkan ISS dampaknya akan sangat besar bagi operasional laboratorium antariksa tersebut. Tapi mereka tidak bisa asal memisahkan bagian Rusia dari bagian ISS lainnya dan lanjut beroperasi di orbit.
ISS membutuhkan astronaut NASA dan kosmonaut Rusia setiap saat agar bisa beroperasi penuh, bahkan kedua negara sangat bergantung satu sama lain. Misalnya, jika ada bagian yang bermasalah di segmen AS, hanya astronaut NASA yang bisa mengatasinya.
"Begitu juga untuk kosmonaut Rusia di situasi kegagalan yang muncul di segmen Rusia," kata NASA dalam postingan blognya, seperti dikutip detikcom dari Futurism.
Baca Juga:
Kelamaan Melayang di Luar Angkasa Bikin Tulang Jadi Keropos
Segmen Rusia di ISS menyediakan semua propulsi yang digunakan untuk reboost stasiun, kontrol ketinggian, manuver menghindari sampah antariksa, dan operasi de-orbit. Sementara segmen AS menyediakan daya dari panel surya dan beberapa sistem pendukung kehidupan.
Meski begitu, ancaman dari Rogozin tidak bisa diremehkan. Jika tidak ada kosmonaut Rusia di ISS, stasiun luar angkasa itu bisa mengalami de-orbit atau keluar dari orbitnya dan berpotensi jatuh ke Bumi.
Pasalnya, ISS membutuhkan dorongan dari pesawat antariksa Progress buatan Rusia. Saat ini AS dan NASA belum memiliki mesin pendorong serupa untuk menggantikan Progress, sehingga membutuhkan waktu dan dana yang signifikan untuk membangunnya.