WahanaNews.co.id | Rusia mengancam akan ambil jalur hukum untuk melaporkan negara barat yang memberikan tambahan sanksi.
Adapun sanksi yang dibuat negara barat yakni dorongan Rusia agar gagal bayar utang.
Baca Juga:
Ngeri! Infrastruktur Ukraina yang Rusak Akibat Perang Capai 2 Kuadriliun
Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov mengatakan pihaknya akan menuntut negara barat.
Pernyataannya tidak secara langsung mengatakan AS. Ia hanya meyakini Rusia telah banyak mengambil langkah agar utang negara bisa dibayarkan.
"Tentu saja kami akan menuntut, karena kami telah mengambil semua langkah yang diperlukan untuk memastikan bahwa investor menerima pembayaran mereka," kata Siluanov dikutip detikcom dari Reuters, Senin (11/4/2022).
Baca Juga:
Penasihat Zelensky Mundur Gara-gara Urusan Rudal Rusia
"Kami akan mengajukan di pengadilan tagihan kami yang mengkonfirmasi upaya kami untuk membayar baik dalam mata uang asing maupun dalam rubel. Ini tidak akan menjadi proses yang mudah. Kami harus sangat aktif membuktikan kasus kami, terlepas dari semua kesulitan," lanjutnya.
Sayangnya, Siluanov tidak merinci opsi hukum apa yang akan diambilnya. Pekan lalu, Siluanov juga sempat mengatakan Rusia akan melakukan segala kemungkinan untuk memastikan utangnya dibayar.
"Rusia mencoba dengan itikad baik untuk melunasi utang luar negeri. Namun demikian, kebijakan yang disengaja dari negara-negara barat adalah untuk secara artifisial menciptakan default buatan manusia dengan segala cara," ungkapnya.
Siluanov menyatakan utang luar negeri Rusia sekitar 20% dari total utang publik, yang mencapai sekitar 21 triliun rubel atau US$ 261,7 miliar. Dari jumlah itu, sekitar 4,5-4,7 triliun rubel merupakan utang luar negeri.
Ia mengklaim, Rusia tidak pernah gagal membayar utang luar negerinya sejak setelah revolusi 1917. Untuk itu, Siluanov bilang jika Rusia tidak bisa membayar utang dengan mata uang asing, dia akan bayar dengan mata yang Rusia.
"Jika perang ekonomi dan keuangan dilancarkan terhadap negara kami, kami terpaksa bereaksi, sambil tetap memenuhi semua kewajiban kami. Jika kami tidak diizinkan melakukannya dalam mata uang asing, kami melakukannya dalam rubel," kata Siluanov.
Sebagai informasi, Rusia belakangan ini dikabarkan terancam gagal bayar utang ke investor. Hal ini disebabkan karena Amerika Serikat (AS) akan memblokir akses cadangan uang Rusia yang tersimpan di bank-bank Negeri Paman Sam itu.
Adapun cadangan devisa yang dimiliki Rusia mencapai US$ 315 miliar atau Rp 4.518 triliun (kurs Rp 14.346). Pembekuan dan ancaman pemblokiran ini sebagai sanksi baru akibat serangan Rusia ke Ukraina yang meluas.
AS sendiri memang tengah meningkatkan tekanan pada Rusia, sebagai buntut beredarnya gambar-gambar kekejaman yang dilakukan Rusia di kota Bucha, Ukraina. [JP]