WahanaNews.co.id | Sejumlah negara memberikan sanksi keras untuk Rusia karena telah menyerang Ukraina. Akibat penyerangan itu, mata uang rubel terperosok ke level terendah.
Dikutip dari detikcom daru apnews.com disebutkan pihak Rusia berupaya untuk menjaga perekonomian nasional agar tetap berjalan.
Baca Juga:
China Borong Minyak Diskon Rusia, Ini Faktanya
Mantan pejabat Departemen Keuangan John Smith mengungkapkan Rusia bisa meminimalisir dampak sanksi-sanksi yang diberikan dengan tetap mengandalkan penjualan energi dan cadangan dalam bentuk emas dan mata uang China.
"Saat ini jalan yang bisa diambil Rusia adalah China dan energi," kata Smith dikutip Selasa (1/3/2022).
Saat ini AS dan UE memberlakukan sanksi untuk bank-bank Rusia. Bahkan negara-negara itu juga tak mengizinkan SWIFT untuk menerima transaksi Rusia. Namun tetap mengizinkan minyak dan gas alam bisa mengalir ke seluruh dunia.
Baca Juga:
Rusia Yakin Bakal Raup US$ 6,3 Miliar dari Ekspor Migas Bulan Ini
Smith mengatakan saat ini Rusia meyakini jika dia masih dibutuhkan untuk memenuhi pasokan energi. Pasalnya selama musim dingin akan dibutuhkan pasokan energi yang besar.
Bulan lalu, Rusia dan China meneken kesepakatan untuk pengiriman pasokan gas ke China dari Rusia. Pembangunan pipa ditargetkan bisa selesai dalam jangka waktu tiga tahun.
Setelah itu, China mengumumkan mereka membuka keran impor gandum dari seluruh bagian Rusia untuk pertama kalinya.
Pada Senin, AS memerintahkan untuk membekukan aset Bank Sentral Rusia yang ada di AS atau yang dipegang oleh orang AS.
Asisten Profesor Politik di Universitas Nottingham Tyler Kustra mengungkapkan saat ini Rusia telah membangun benteng pertahanan mereka sendiri. Mereka telah memproduksi banyak barang di dalam negeri demi melindungi perekonomian dari sanksi negara-negara lain. Sebagian besar makanan Rusia diproduksi oleh warga lokal. [JP]