WahanaNews.co.id | Akibat penyerangan ke Ukraina, ekonomi Rusia kini juga ikut tertekan. Apalagi dengan banyaknya sanksi dari berbagai negara membuat Rusia makin goyah.
Perusahaan seperti Apple, ExxonMobil, Ford, Boeing dan Airbus masuk dalam daftar perusahaan yang menutup atau menghentikan sementara operasionalnya di Rusia.
Baca Juga:
Negara-negara Ini Mulai Merasakan Dampak dari Sanksi yang Diterima Rusia
Langkah ini sebagai tanggapan atas penyerangan yang dilakukan Rusia kepada Ukraina.
Kondisi ini membuat bank-bank di Rusia kolaps karena kehabisan dana pihak ketiga (DPK). Rubel terus melemah terhadap dolar AS.
Juru bicara Kremli Dmitry Peskov mengungkapkan jika ekonomi Rusia terpukul sangat keras. "Ada beberapa rencana kebijakan untuk hal ini," kata dia melansir detikcom.
Baca Juga:
AS Kendurkan Sanksi, Venezuela Segera Ekspor Minyak Besar-besaran
Salah satu bank terbesar di Rusia Sberbank menyatakan diri untuk keluar dari Eropa kecuali Swiss. Hal ini karena regulator perbankan di Austria memaksa bank untuk tutup.
Bank sentral Eropa juga memberi peringatan jika Sberbank Eropa diramal akan mengalami guncangan setelah nasabah menarik uang besar-besaran atau rush money.
Prancis telah membekukan aset Rusia senilai US$ 1 triliun, termasuk sekitar setengah dari cadangan perang pemerintah Rusia.
Menanggapi hal ini pemerintahan Rusia bahkan telah menempuh berbagai kebijakan untuk mencegah terjadinya krisis keuangan. Pemerintah juga berupaya untuk menghentikan aliran modal keluar dari Rusia dan menjaga cadangan devisa mereka.
Bank sentral Rusia telah mengerek suku bunga lebih dari dua kali lipat menjadi 20%. Kemudian pemerintah juga melarang pialang Rusia menjual surat berharga yang dipegang orang asing.
Sekarang pasar saham Rusia ditutup sejak Senin. Belum bisa dipastikan kapan akan mulai dibuka. Pemerintah juga meminta para eksportir untuk menukar 80% dari pendapatan mata uang asing mereka dengan rubel. Selain itu penduduk Rusia juga dilarang melakukan transfer ke luar negeri.
Pada Selasa, pemerintah Rusia mengatakan Putin sedang mengkaji kebijakan untuk pencegahan perusahaan asing menjual asetnya di Rusia. Itu sebagai sebuah upaya untuk mencegah eksodus yang besar-besaran pekan ini.
Dia juga meneken kebijakan larangan orang mengambil uang lebih dari US$ 10 ribu atau lebih dalam mata uang asing di Rusia. "Kondisi sistem keuangan Rusia yang gonjang-ganjing ini bisa meluas dan memburuk ke depannya," kata ekonom senior Berenberg Kallum Pickering. [JP]