WahanaNews.co.id | Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) telah mengumumkan bahwa pada tanggal 13-18 Juli 2022 mendatang, Matahari akan terbenam lebih lambat di beberapa wilayah Indonesia.
Fenomena ini dapat dilihat di wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Lantas bagaimana penjelasan jika ditinjau dari aspek astronomis?
Baca Juga:
Anasir Intoleran dan Kontroversi Aparatur BRIN Minim Prestasi: Presiden Jokowi Perlu EvaluasiĀ
Alasan Matahari Terbenam Lebih Lambat
Mengutip laman edukasi sains LAPAN, bumi mengalami rotasi terhadap sumbunya dengan kemiringan 66,60 terhadap bidang edar atau ekliptika. Kemudian secara bersamaan Bumi juga mengelilingi Matahari dengan sumbu rotasi yang miring tersebut.
Akibat miringnya sumbu rotasi Bumi saat mengelilingi Matahari inilah yang membuat waktu terbit dan terbenamnya Matahari akan bervariasi selama satu tahun, baik itu lebih cepat maupun lebih lambat.
Penggambaran lebih jelasnya adalah misal saat sumbu rotasi di belahan utara Bumi dan kutub utara Bumi miring ke arah Matahari, maka Matahari akan terbit lebih cepat dan terbenam lebih lambat di belahan utara Bumi.
Baca Juga:
6 Fenomena Astronomis Ini Akan Terjadi di 2023, Ada Gerhana Matahari Hibrida!
Sedangkan, di belahan selatan Bumi, Matahari akan terbit lebih lambat dan terbenam lebih cepat.
Hal itu bisa terjadi saat solstis (pergerakan semu Matahari) bulan Juni, yakni ketika Matahari berada paling Utara saat tengah hari yang terjadi setiap tanggal 20/21 Juni setiap tahunnya.
Sementara itu, ketika sumbu rotasi di belahan selatan Bumi dan kutub selatan Bumi miring menjauhi Matahari. Maka Matahari akan terbit lebih cepat dan terbenam lebih lambat di belahan selatan Bumi.