WahanaNews.co.id | Harga minyak mentah dunia tak lagi berada di level US$ 100 per barel. Melemahnya harga minyak didorong oleh kebijakan lockdown besar-besaran di China.
Strategi ketat China melawan penyebaran Covid-19 dikhawatirkan dapat mengurangi aktivitas ekonomi di negara itu. Bila aktivitas ekonomi menurun, permintaan energi di negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu pun akan mengalami penurunan. Hal itu menyeret harga minyak dunia jatuh dari level US$ 100 per barel.
Baca Juga:
Harga Minyak Dunia di Tengah Sengitnya Perang Israel-Hamas
Melansir detikcom, Selasa (26/4/2022), harga minyak lokal di AS turun sebanyak 6,7% ke level terendah selama dua minggu di level US$ 95,28 per barel pada hari Senin. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS mengakhiri perdagangan dengan turun 3,5% menjadi seharga US$ 98,54 per barel.
Harga tersebut menjadi pertama kalinya harga minyak berada di bawah US$ 100 sejak 11 April. Sementara minyak Brent, yang jadi patokan dunia, turun sekitar 4%. "Sentimen utama hari ini adalah bearish karena penguncian Covid-19 di China," kata Andy Lipow, presiden perusahaan konsultan Lipow Oil.
Chaoyang, salah satu distrik terbesar di ibu kota China, Beijing, hari Minggu mengumumkan akan meluncurkan pengetatan besar untuk orang-orang yang tinggal dan bekerja di distrik tersebut.
Baca Juga:
Goldman Sachs Prediksi Minyak Melonjak ke US$105 per Barel Tahun 2023
Dalam upaya untuk menahan wabah Covid-19 yang digambarkan sebagai mendesak dan suram, pihak berwenang Beijing telah mengunci puluhan kompleks perumahan di delapan distrik. Mereka melarang penduduk meninggalkan rumah atau kompleks mereka.
Warga bergegas untuk menimbun barang-barang pokok di tengah kekhawatiran kebijakan lockdown. Saham global dan harga minyak terpukul oleh kekhawatiran penguncian Beijing
"Meningkatnya kasus dan penguncian tampaknya akan semakin menghambat permintaan di salah satu konsumen minyak terkemuka di dunia," kata Matt Smith, analis minyak utama, Amerika, di perusahaan analitik Kpler.