WahanaNews.co.id | Data dari Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat (AS) menyebutkan indeks harga konsumen (IHK) AS naik 0,5% secara bulanan. Sedangkan selama satu tahun IHK melonjak 7% ini merupakan yang tertinggi sejak Juni 1982.
Melansir detikcom disebutkan, hal ini turut mengerek harga rumah dan harga barang di pasaran. Kalangan ekonom di AS mengkhawatirkan terjadinya kondisi yang lebih buruk karena kenaikan harga terjadi saat ekonomi melambat.
Baca Juga:
Sekda Sulbar Ajak Pemerintah Daerah Perkuat Sinergi Kendalikan Inflasi di Wilayah
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh pemerintah untuk melawan inflasi dan tetap menggenjot perekonomian. Salah satunya adalah dengan menurunkan suku bunga acuan.
Masalahnya di Amerika Serikat (AS) suku bunga acuan bahkan sudah mendekati nol persen selama hampir dua tahun.
Pilihan mengerek suku bunga untuk melawan inflasi disebut bisa membuat ekonomi makin lambat. Hal ini sudah terjadi di Inggris, ketika bank sentral menaikkan suku bunga bulan lalu untuk memerangi kenaikan harga yang tinggi.
Baca Juga:
BPS Sulawesi Barat Catat Inflasi Bulan ke Bulan 0,33 Persen Akibat Kenaikan Harga
Kasus Omicron yang terjadi pada akhir 2021 lalu memang diproyeksi bisa mengganggu proses pemulihan ekonomi AS. Tahun 2022 ekonomi diramal bisa bangkit namun tetap dibayangi kekhawatiran lonjakan kasus Covid-19.
Kepala riset Invesco Kristina Hooper mengungkapkan memang Fed sebagai pemangku kebijakan selalu dihadapkan risiko salah mengambil langkah.
Namun, Hooper menyakini Jerome Powell mampu menjaga moneter AS sehingga tak menimbulkan gejolak. "Banyak yang waspada tentang stagflasi, tapi saat ini AS tidak punya pengangguran yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi berada di atas tren ekonomi dunia," jelas dia.