WahanaNews.co.id | IBM merilis studi tahunan bertajuk X-Force Threat Intelligence Index yang mengungkap bagaimana ransomware dan eksploitasi kerentanan dunia maya pada tahun 2021. Asia disebutkan menjadi wilayah paling banyak mengalami serangan cyber
Manufaktur merupakan industri paling ditargetkan oleh para penjahat siber. Meskipun phishing adalah penyebab paling umum dari serangan siber dalam satu tahun terakhir ini, IBM Security X-Force mengamati adanya peningkatan sebesar 33% yang disebabkan oleh eksploitasi kerentanan perangkat lunak.
Baca Juga:
Ini Dia Negara dengan Wanita Tercantik di Asia: Indonesia Peringkat Berapa?
Itu merupakan titik masuk paling diandalkan oleh pelaku ransomware selama tahun 2021. Hal tersebut merupakan penyebab dari 44% dari serangan ransomware.
Melansir detikcom, laporan X-Force tahun 2022 menjelaskan bagaimana pada tahun 2021 para pelaku ransomware berusaha untuk meretakkan tulang punggung rantai pasokan global dengan serangan terhadap manufaktur, yang menjadi industri yang paling banyak diserang (23%) pada tahun 2021, dan berhasil menyingkirkan layanan keuangan dan asuransi setelah sekian lama berada di peringkat pertama.
Sebanyak 47% serangan siber terhadap manufaktur disebabkan oleh kerentanan unpatched software yang belum atau tidak bisa diatasi sehingga hal ini menyoroti kebutuhan organisasi untuk memprioritaskan manajemen kerentanan.
Baca Juga:
Ini 5 Negara di Asia Tetangga Indonesia yang Jadi ‘Sekutu’ Israel
X-Force Threat Intelligence Index 2022 turut memetakan tren dan pola serangan siber baru dengan mengamati dan menganalisis berdasarkan miliaran data mulai dari perangkat deteksi jaringan dan titik akhir, keterlibatan respons insiden, pelacakan phishing kit, dan lainnya - termasuk data yang disediakan oleh Intezer.
Dalam laporannya IBM melihat komplotan Ransomware tak pernah menyerah. Ransomware bertahan sebagai metode serangan siber utama yang teramati pada tahun 2021, dengan tidak adanya tanda-tanda kelompok ransomware akan berhenti, meskipun ada peningkatan dalam penghapusan ransomware. Menurut laporan tahun 2022, usia rata-rata kelompok ransomware sebelum dihentikan atau diganti namanya adalah 17 bulan.
X-Force turut mengungkap bahwa bisnis di Asia, Eropa dan MEA, kerentanan unpatched software menyebabkan sekitar 50% serangan pada tahun 2021, yang memperlihatkan kesulitan terbesar bisnis - yaitu kerentanan dalam patching.