WahanaNews.co.id | Inti Bumi, bagian dalam Bumi yang sangat panas, perlahan mendingin. Tapi seberapa cepat tepatnya inti Bumi mendingin, masih belum diketahui.
Dengan mempelajari seberapa baik mineral umum Bumi dalam menghantarkan panas, para peneliti dari Carnegie dan ETH Zurich telah menemukan bahwa interior planet kita mungkin mendingin lebih cepat dari yang kita duga.
Baca Juga:
Jokowi Buka World Hydropower Congress 2023 di Bali, Tegaskan Pentingnya Kolaborasi Global Kembangkan PLTA
Dikutip detikcom dari New Atlas, waktu yang dibutuhkan inti Bumi untuk mendingin adalah sebuah misteri. Namun para ilmuwan dalam studi baru ini mencari beberapa jawaban dengan menyelidiki mineral kunci yang disebut bridgmanite.
Lapisan batas antara inti luar dan mantel bawah Bumi sebagian besar terdiri dari bridgmanite. Jadi, mempelajari seberapa baik mineral menghantarkan panas dapat memiliki implikasi besar bagi planet ini. Masalahnya adalah, mengumpulkan pengukuran ini sulit dilakukan di lab.
Karenanya, para peneliti menempatkan sampel bridgmanite dalam sel berlian yang dipanaskan menggunakan sistem laser untuk mensimulasikan tekanan dan suhu yang intens jauh di dalam Bumi. Kemudian mereka mengukur konduktivitas termal bridgmanite melalui sistem penyerapan optik.
Baca Juga:
Konsumsi Berlebih, Jerman Membutuhkan 3 Planet Setara Bumi
Tim menemukan bahwa bridgmanite sekitar 1,5 kali lebih baik dalam menghantarkan panas daripada yang telah lama diperkirakan. Ini pada gilirannya akan berarti bahwa panas lebih mudah berpindah dari inti ke dalam mantel, mempercepat laju pendinginan bagian dalam Bumi.
Hal ini bisa menjadi lebih cepat dari waktu ke waktu. Saat bridgmanite mendingin, ia berubah menjadi mineral lain yang disebut post-perovskite, yang merupakan konduktor panas yang bahkan lebih efisien. Ketika mineral baru ini mulai mendominasi batas, Bumi bagian dalam bisa mendingin lebih cepat lagi.
"Hasil kami bisa memberi kami perspektif baru tentang evolusi dinamika Bumi. Mereka memperkirakan bahwa Bumi, seperti planet berbatu lainnya Merkurius dan Mars, mendingin dan menjadi tidak aktif jauh lebih cepat dari yang diperkirakan," kata Motohiko Murakami, penulis studi tersebut.