Katja Gloger dari TSF Jerman mengatakan: "Lonjakan jumlah juga merupakan hasil dari hubungan kekuatan geopolitik baru, di mana rezim-rezim ini mendapat terlalu sedikit penentangan dan protes dari negara-negara besar dunia."
Salah satu contohnya adalah Belarus. Pemimpin Belarus Alexander Lukashenko berhasil menekan protes anti-rezim dan mempertahankan kekuasaan hanya dengan penggunaan kekerasan. Tetapi dia mendapat dukungan dari Presiden Rusia Vladimir Putin, sehingga sanksi-sanksi internasional tidak memiliki efek yang diinginkan.
Baca Juga:
Pendaftaran PLN Journalist Award 2024 Tinggal Sebulan Lagi, Kirimkan Karya Jurnalistik Terbaikmu!
Sementara di Myanmar, jumlah wartawan yang ditahan melonjak menjadi 53 orang sejak kudeta militer awal Februari lalu, kata laporan RSF. Padahal tahun 2020 tercatat hanya ada dua jurnalis yang ditahan.
Di Cina, jumlah wartawan yang ditahan belum sebanyak saat ini, terutama karena berbagai penangkapan setelah aksi protes di Hong Kong. (JP)