WahanaNews.co.id | Penggunaan sandal (upanat) khusus naik ke Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, diujicobakan kepada sejumlah tamu yang dipimpin oleh Sekretaris Diputi Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Koordinasi Kemaritiman dan Investari Rustam Efendi.
Ia mengatakan pemakaian sandal khusus untuk naik ke Candi Borobudur ini bagian dari menjaga kelestarian candi, karena kalau tidak ada cara pencegahan dikhawatirkan akan merusak batu candi.
Baca Juga:
43 Bhikkhu Thudong dari Thailand, Malaysia, Singapore Tiba di Candi Borobudur untuk Rayakan Tri Suci Waisak
"Kalau tidak ada cara-cara pencegahan, warisan dunia yang kita banggakan ini dikhawatirkan akan semakin rusak," katanya, usai melakukan uji coba sandal khusus Borobudur sekaligus uji coba kegiatan wisata tematis "Borobudur Travel Pattern" yang digagas oleh PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko (TWC), Balai Konservasi Borobudur (BKB), dan Pemerintah Kabupaten Magelang, Kamis (27/1/2022).
Dalam kunjungan tersebut, Rustam Efendi didampingi Marketing & Sales Vice President PT TWC Pujo Suwarno dan Kepala Balai Konservasi Borobudur Wiwit Kasiyati. Menurut dia, sandal khusus Borobudur tersebut nyaman, ringan, dan enak dipakai, meskipun ada anyaman pandannya, tetapi tetap lembut.
Ia menuturkan sandal khusus Borobudur ini diproduksi masyarakat lokal dan hal ini merupakan bagian dari dampak ekonomi atau dampak berganda untuk kesejahteraan masyarakat, karena bukan barang impor.
Baca Juga:
Suku Mulu Wolomeze Wakili Pemkab Ngada Hadir di Acara Ruwatan Bumi
"Sandal ini tidak didatangkan dari daerah-daerah lain, tetapi memberdayakan masyarakat setempat dengan bahan baku setempat untuk berkarya sehingga bisa dijual bisa memberikan penghasilan bagi masyarakat. Semakin banyak pengunjung kebutuhannya juga semakin banyak," katanya.
Ia menyampaikan dampak bergandanya ini akan semakin besar dan hal itu yang diharapkan masyarakat sekitar Borobudur agar dapat menikmati Borobudur dengan segala fasilitasnya yang memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.
"Dengan demikian rasa memiliki Candi Borobudur akan semakin besar ketika dampak yang dirasakan masyarakat juga semakin besar. Ternyata Borobudur bukan candi yang mati, tetapi bisa mendatangkan wisatawan dan menghidupkan perekonomian masyarakat lokal," katanya.