Sebagai tampungan terakhir dari sistem waduk kaskade, pengaturan debit Waduk Jatiluhur menjadi vital sebagai pengendali banjir dan untuk menyalurkan air irigasi dan air baku,” ucap Direktur Operasi dan Pemeliharaan Jasa Tirta II Anton Mardiyono.
Tak hanya itu, secara rutin Jasa Tirta II juga melakukan pemantauan kondisi - kondisi prasarana Sumber Daya Air (SDA) yang merupakan prasarana utama dan penunjang dalam pengendalian banjir.
Baca Juga:
BMKG Ungkap di Wilayah Ini, 67 Hari Hujan Tak Turun
Antisipasi penanganan banjir , seperti menyediakan bahan - bahan banjiran seperti bronjong, karung, dolken juga disiapkan sebagai bentuk penanganan darurat yang didukung dengan kesiapan alat berat.
“Di lapangan, kita kerahkan personil untuk lebih intensif melakukan pemantauan tinggi muka air pada lokasi yang rawan banjir selama musim penghujan. Kita juga berkolaborasi dengan Muspika setempat bersama - sama memantau TMA ini,” kata Anton Mardiyono.
Pemantauan kondisi - kondisi prasarana Sumber Daya Air (SDA) sebagai prasarana utama dilakukan melalui kegiatan rutin operasi dan pemeliharaan serta konservasi Wilayah Sungai (WS), waduk, bendungan, bendung dan Daerah Aliran Sungai (DAS). Adapun jenis kegiatan yang dilaksanakan berupa pengangkatan eceng gondok, pengangkatan lumpur, pembersihan saluran dan Babatan rumput.
Baca Juga:
Dinsos Kota Bengkulu Siagakan 80 Tagana Antisipasi Dampak Fenomena La Nina
Di wilayah hulu Jasa Tirta II melaksanakan konservasi dengan semua stakeholder terkait seperti PTPN VIII dan Perhutani, untuk mengembalikan fungsi catchment area Daerah Aliran Sungai seperti penanaman pohon, pencegahan pencemaran, penanganan sampah dan penataan sungai mati.
Seluruh kegiatan tersebut diharapkan dapat menjaga kesinambungan air untuk masa depan agar air terus hadir bagi kehidupan manusia. [JP]