WahanaNews.co.id | Seluruh negara di dunia saat ini sedang melaksanakan program vaksinasi COVID-19 untuk menghentikan pandemi. Senior Advisor of the Director General WHO Bruce Aylward mengungkapkan dalam hal vaksinasi ini yang harus diperhatikan adalah terkait informasi-informasi yang beredar tentang pelaksanaannya.
"Dalam hal vaksinasi, pertanyaannya bukan tentang vaksin bekerja atau tidak. Tapi kadang saat ini ada informasi yang membingungkan terkait vaksin tersebut," kata dia dalam konferensi pers, di Nusa Dua, Bali (10/12/2021).
Baca Juga:
Dinas Kesehatan Yogyakarta Targetkan 30.702 Anak Terima Imunisasi Polio pada PIN 2024
Dia mengungkapkan, dalam Presidensi G20 di Indonesia ini juga dibahas terkait masalah varian baru yang saat ini sedang terjadi, yaitu Omicron.
Bruce mengungkapkan WHO berupaya untuk membantu negara-negara berpenghasilan rendah untuk menyelesaikan masalah vaksinasi. Dalam Presidensi G20, WHO juga meminta negara-negara bisa menutup kesenjangan finansial dalam penanganan pandemi dengan menyediakan dana US$ 23 miliar atau Rp 328 triliun (kurs Rp 14.300).
Baca Juga:
Pemkab Batang, Massifkan Pencegahan Kasus Flu Singapura (HFMD)
"Ini butuh investasi US$ 23 miliar untuk akselerator tahun ini. Hal ini sangat krusial yang harus ditangani," ujar dia.
Dia mengungkapkan dana itu nantinya bisa digunakan oleh negara berpenghasilan rendah untuk mendapatkan tingkat pengujian, vaksinasi, dan pengobatan COVID-19 dengan standar yang cukup tinggi.
Memang kesenjangan penanganan pandemi terutama distribusi vaksin ini masih sangat terasa untuk negara yang berpenghasilan rendah. Dia menjelaskan banyak negara berpenghasilan rendah yang memiliki tingkat vaksinasi di bawah 40% dari populasinya padahal arahan dari WHO vaksinasi dosis kedua harus mencapai 40% dari total penduduk akhir tahun ini.