WahanaNews.co.id | Amerika Serikat (AS) dan China terlibat cekcok dalam rapat darurat Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa (DK-PBB) yang membahas cara meredakan ketegangan dengan Korea Utara (Korut).
AS berargumen agar lebih banyak sanksi dijatuhkan terhadap Korut, sedangkan China menyerukan pelonggaran sanksi.
Baca Juga:
RI Sampaikan Pernyataan Lisan Dukung Palestina di Mahkamah Internasional
Seperti dilansir detikcom dari AFP, Kamis (12/5/2022), rapat darurat itu digelar pada Rabu (11/5) waktu setempat, di tengah kekhawatiran bahwa Korut akan melanjutkan uji coba nuklir dalam beberapa pekan ke depan.
"Sudah waktunya untuk berhenti untuk memberikan izin diam-diam dan mulai mengambil tindakan," cetus Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield.
"Kita harus berbalik cepat untuk memperkuat rentetan sanksi, bukan mempertimbangkan keringanan sanksi," imbuhnya.
Baca Juga:
Serukan Gencatan Senjata di Gaza, AS Sodorkan Draf Resolusi DK PBB
Thomas-Greenfield menolak draf resolusi yang diajukan China dan Rusia, yang bertujuan melonggarkan sanksi-sanksi terhadap Korut sejak 2017. Dia justru menyatakan bahwa pihaknya mendekati akhir negosiasi untuk draf resolusi terpisah untuk memperbarui sanksi-sanksi yang diajukan AS.
"Kita tidak bisa menunggu hingga (Korut) melakukan tindakan provokatif, ilegal, berbahaya seperti uji coba nuklir. Kita perlu angkat bicara sekarang," tegasnya.
Duta Besar China untuk PBB, Zhang Jun, dalam forum yang sama menyebut kemungkinan eskalasi 'mengkhawatirkan' dan menyerukan 'sikap menahan diri', sembari menegaskan bahwa pengetatan sanksi di tengah atmosfer ketidakpercayaan sama saja 'tidak konstruktif'.
"Apa yang ingin dihindari China adalah uji coba nuklir terbaru," ucap Zhang kepada AFP usai rapat tersebut.
"Itulah mengapa kami tidak ingin ada sanksi tambahan yang mungkin memaksa salah satu pihak untuk mengambil tindakan lebih proaktif," ujarnya.
"Berbicara lebih baik daripada langkah-langkah pemaksaan. Kita telah melihat begitu banyak langkah pemaksaan di dunia, di Suriah, di Irak dan Afghanistan. Pernahkah Anda melihat hasil yang baik? Apa yang kita lihat hanyalah penderitaan kemanusiaan," imbuh Zhang.
Secara terpisah, Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB, Anna Yevstigneeva juga mengadvokasikan resolusi yang diajukan China dan menyerukan dilanjutkannya dialog.
Korut diketahui secara dramatis meningkatkan aktivitas peluncuran rudal yang dilarang oleh sanksi, bahkan menggelar lebih dari belasan uji coba senjata sejak Januari lalu, termasuk meluncurkan rudal balistik antarbenua pada jarak penuh untuk pertama kalinya sejak tahun 2017. [JP]