WahanaNews.co.id | Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergei Lavrov menegaskan bahwa 'pembebasan' wilayah Donbas di Ukraina bagian timur menjadi 'prioritas tanpa syarat' bagi Moskow.
Ia menyebut wilayah-wilayah Ukraina lainnya harus memutuskan masa depan mereka sendiri.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Seperti dilansir detikcom dari Reuters, Senin (30/5/2022), penegasan itu disampaikan Lavrov dalam wawancara dengan saluran televisi Prancis, TF1, pada Minggu (29/5) waktu setempat, saat Rusia melanjutkan serangannya untuk mengamankan kendali atas kota-kota penting di wilayah Donbas.
Diketahui bahwa Donbas merupakan jantung industri tradisional Ukraina yang terdiri atas wilayah Donetsk dan Luhansk, yang dikuasai separatis pro-Rusia.
Lavrov menekankan kembali klaim Moskow bahwa 'operasi militer khusus' di Ukraina bertujuan mendemiliterisasi negara tetangganya itu setelah gelombang ekspansi aliansi NATO ke arah timur dan membersihkan apa yang disebutnya sebagai nasionalisme yang terinspirasi Nazi.
Baca Juga:
3 Negara Ini Melarang Warganya Tersenyum kepada Orang Lain, Kok Bisa?
Ukraina dan negara-negara Barat mengecam klaim itu sebagai dalih tak berdasar untuk perampasan wilayah.
"Pembebasan wilayah Donetsk dan Luhansk, yang diakui oleh Federasi Rusia sebagai negara merdeka, adalah prioritas tanpa syarat," tegas Lavrov seperti disampaikan via pernyataan Kementerian Luar Negeri Rusia.
Untuk wilayah-wilayah lainnya di Ukraina, Lavrov menegaskan bahwa: "Saya tidak meyakini bahwa wilayah-wilayah itu akan senang untuk kembali kepada otoritas rezim neo-Nazi yang telah terbukti itu Russofobia. Orang-orang ini harus memutuskan sendiri."
Serangan Rusia, sebut Lavrov, menjadi 'tak terhindarkan' setelah negara-negara Barat mengabaikan apa yang disebutnya sebagai peringatan soal pengabaian Ukraina dan serangan militer terhadap warga berbahasa Rusia. Ukraina menyangkal adanya serangan semacam itu.
Beberapa pekan terakhir, Rusia memfokuskan serangannya di Donbas setelah menarik pasukannya dari upaya yang gagal untuk merebut ibu kota Kiev dan wilayah Ukraina lainnya.
"Iya, orang-orang dibunuh. Tapi operasi itu memakan banyak waktu terutama karena tentara Rusia yang terlibat berada di bawah perintah ketat untuk menghindari serangan dan gempuran terhadap infrastruktur sipil," sebut Lavrov. [JP]