WahanaNews.co.id | Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan penyebab harga tiket Garuda Indonesia lebih mahal dibandingkan maskapai lainnya. Apa katanya?
Bukan rahasia lagi harga tiket pesawat Garuda Indonesia jauh lebih mahal ketimbang maskapai lain di Tanah Air. Selama ini, traveler hanya menduga-duga perbedaan yang signifikan harga tiket penerbangan Garuda dengan maskapai lainnya.
Baca Juga:
Profil Wamildan Tsani Panjaitan: Sosok Baru di Pucuk Pimpinan Garuda Indonesia
"Ada monopoli penerbangan nasional, yang akhirnya tiketnya jadi mahal. Nah, kalau tiketnya jadi mahal, berarti industri pariwisata tidak berkembang. Kalau industri pariwisata tidak berkembang maka UMKM tidak punya tempat untuk penghasilan baru," ujar Erick Thohir melansir detikcom di kuliah umum Unika Atmajaya yang bertema "Efektivitas Penanganan Hukum & Ekonomi Dalam Kasus Mega Korupsi" Rabu (26/1/2022).
Selain itu, Erick menyebutkan penyebab lain maskapai pelat merah itu menawarkan harga relatif lebih tinggi ketimbang tiket penerbangan maskapai lain. Yakni, Garuda terlalu banyak menggunakan jenis pesawat, sehingga biaya operasionalnya menjadi lebih mahal.
Berdasarkan data yang dikantonginya, Garuda Indonesia memiliki 32 lessor. Padahal, maskapai lain hanya 4-5 lessor. Dari sisi jenis pesawatnya pun, Garuda memiliki 13 jenis, sedangkan maskapai lainnya hanya 3-4 jenis saja.
Baca Juga:
Wamildan Tsani Panjaitan Dirut Baru Garuda Indonesia
Itu menyebabkan porsi biaya kontrak lessor Garuda Indonesia mencapai 28 persen dari pendapatan perusahaan. Sementara, maskapai lainnya 3,5 kali lipat lebih murah dari yang dibayar Garuda.
Inilah yang kemudian membuat Garuda membayar operasional lebih mahal. Tidak efisien.
"Garuda (beban sewa pesawatnya) 28 persen. Maskapai lain cuma 8 persen. Secara operasional, lebih mahal," kata dia.
Sebagai informasi, Kejaksaan Agung sebelumnya menyatakan bahwa kerugian keuangan negara akibat dugaan tindak pidana korupsi pada pengadaan pesawat Garuda Indonesia bernilai sekitar Rp 3,6 triliun.
"Kerugian cukup besar. Seperti contohnya, untuk pengadaan sewa saja ini indikasi sampai sebesar Rp 3,6 triliun," kata Febrie kepada wartawan, Rabu (19/1). [JP]