WahanaNews.co.id, Garut - Masuk dalam 10 besar daerah dengan kinerja penanganan stunting terbaik, kental manis masih banyak di Konsumsi oleh Balita di Garut.
Pemberian kental manis pada Balita didorong oleh masih tingginya persepsi salah dari orang tua yang menganggap kental manis kandungannya sama dengan susu sapi. Lebih lanjut, pola asuh yang tidak tepat, kebiasaan jajan di warung yang tidak terkontrol dan sanitasi yang tidak layak membuat kondisinya lebih kompleks.
Baca Juga:
Geger Kasus Mutilasi di Garut, Polisi Tetapkan Satu Tersangka
Pimpinan Muslimat Nahdlatul Ulama (PP Muslimat NU) bersama Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) menemukan fakta lapangan berupa faktor penyebab stunting.
Diantaranya adalah kurangnya pengetahuan orang tua tentang parenting khususnya masalah pemenuhan gizi anak serta rendahnya literasi gizi masyarakat yang menyebabkan masih ada pemberian kental manis sebagai konsumsi balita dan angka kemiskinan ekstrem yang cukup tinggi.
Berdasarkan data per Maret tahun 2023 angka kemiskinan ekstrem menurut hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) mencapai 260,48 ribu jiwa.
Baca Juga:
Tragedi Mengerikan: Kronologi ODGJ Mutilasi ODGJ di Depan Umum
Pemerintah Kabupaten Garut yang diwakili oleh Ahli Gizi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Nadia Nurdiyanti S.Gz dalam sosialisasi gizi yang diselenggarakan PP Muslimat NU Kabupaten Garut yang dilaksanakan di Desa Sukahati, Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut pada Sabtu, 4 November 2023, mengatakan pentingnya masyarakat mengetahui permasalahan gizi yang ada dan pemenuhan gizi yang tepat salah satunya adalah peruntukan kental manis
"Saat ini ada tantangan kita ada pada triple burden malnutrition yaitu stunting, wasting dan overweight. Kental manis juga dalam hal ini harus jadi perhatian terutama peruntukannya yang bukan untuk dikonsumsi oleh Balita." Jelas Nadia.
Lebih lanjut meski telah mendapat predikat daerah dengan kinerja terbaik dalam empat sektor salah satunnya penanganan stunting, tugas pemerintah Kabupaten Garut masih banyak.