"Selama empat hari terakhir kami telah menerima 35 atau 37 kasus," ujar Dina Abou Zor, seorang pengacara dan salah satu pendiri Depositor Union, lembaga sukarela yang memberikan dukungan hukum bagi orang-orang dengan uang yang terperangkap di bank.
Menurut Abou Zor, banyak nasabah bank Lebanon kehilangan akses ke uang yang disimpan di rekening bank mereka. "Cek ini hanya kertas yang ditandatangani oleh Bank Audi tanpa nilai finansial atau hukum," katanya.
Baca Juga:
Heboh Uang Rp 400 Juta Milik Nasabah BRI Raib, Ternyata Terjerat Investasi Bodong
Kebanyakan besaran dana yang sekarang tampaknya terkunci di rekening-rekening bank Lebanon adalah dolar Amerika Serikat yang disetorkan sebelum 17 Oktober 2019. Tepat ketika protes massal melanda Lebanon yang ditujukan terhadap partai-partai dan bank-bank yang berkuasa di negara itu.
Bank di Lebanon telah merasakan pemotongan mata uang asing karena kekurangan uang tunai. Kini bank-bank Lebanon mencegah para kreditur mengakses dolar ini, karena ekonomi terus berputar, mendorong lebih dari tiga perempat populasi ke dalam kemiskinan.
Pemerintah Lebanon belum menerapkan kontrol modal resmi, yang secara hukum akan membatasi mata uang asing untuk ditransfer ke luar negeri. Namun, bank telah menerapkan batas penarikan mereka sendiri, membuat hidup menjadi sangat sulit bagi jutaan orang Lebanon yang tertekuk di bawah inflasi yang melonjak dan pengangguran yang merajalela.
Baca Juga:
Babak Baru Kasus Raibnya Rp 68 Juta Saldo Nasabah BCA
Batasan yang diberlakukan oleh bank hanya memungkinkan pelanggan untuk menarik dolar AS mereka setelah ditukarkan ke pound Lebanon. Namun, nilai tukar tidak menguntungkan dan berarti bahwa penarik kehilangan persentase yang signifikan dari nilai dolar yang sebenarnya.
Kembali ke kisah Raydan, dia adalah ibu dari dua anak remaja. Dia sudah kehilangan suaminya karena serangan jantung pada tahun 2019. Rekening banknya yang tertahan itu menyimpan dana yang akan digunakan untuk membayar biaya sekolah anak-anaknya hingga mereka lulus.
"Saya bertanya mengapa ini terjadi. Mereka bilang itu karena saya punya paspor Inggris," kata Raydan. [JP]