"Dengan cara ini kami dapat mengamankan impor energi yang kami butuhkan tanpa persaingan di antara negara-negara anggota kami," sambungnya.
Rencana tersebut juga menekankan strategi hemat energi sebagai cara tercepat dan termurah untuk mengatasi krisis. Eropa akan mendorong warga dan bisnis untuk mengurangi penggunaan energi mereka seperti dengan mematikan lampu dan menggunakan lebih sedikit AC. Mereka percaya langkah-langkah ini dapat mengurangi permintaan minyak dan gas sebesar 5% dalam jangka pendek.
Baca Juga:
Regional 4 SHU Pertamina Terapkan 3 Strategi Unggulan dalam Operasional Migas di Indonesia Timur
Dalam jangka panjang, Uni Eropa akan menaikkan targetnya agar setidaknya 40% energinya berasal dari sumber terbarukan menjadi 45%. Uni Eropa juga berencana untuk secara dramatis mengurangi jumlah waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan izin untuk proyek energi terbarukan baru.
Von der Leyen mengatakan bahwa paket tersebut akan mempercepat transisi ke energi terbarukan, dan termasuk rencana untuk menggandakan kapasitas untuk tenaga surya pada tahun 2025. Energi surya tambahan yang dihasilkan dapat menggantikan konsumsi 9 miliar meter kubik gas alam setiap tahun pada 2027.
Komisi juga telah menetapkan target untuk memproduksi 10 juta metrik ton hidrogen terbarukan, dan mengimpor 10 juta metrik ton lagi pada tahun 2030 untuk membantu dekarbonisasi beberapa industri.
Baca Juga:
Kementerian ESDM Tingkatkan Kebijakan Sejak 2021 untuk Tarik Minat Investor Migas Indonesia
Sebagian besar dari €210 miliar ($221 miliar) dalam investasi baru yang direncanakan antara sekarang dan 2027 akan dibiayai dengan menggunakan dana pemulihan virus corona Uni Eropa. [JP]