Beberapa siklus surya sedikit lebih panjang dari 11 tahun, dan beberapa sedikit lebih pendek. Biasanya, siklus yang panjang biasanya lebih lemah efeknya. Sebaliknya, yang siklusnya pendek kemungkinan akan lebih kuat.
McIntosh dan rekan-rekannya memprediksi pada tahun 2020, siklus surya selanjutnya kemungkinan akan lebih kuat. Mungkin bisa jadi yang terkuat dalam catatan sejarah.
Baca Juga:
Viral Kemunculan 2 Matahari di Sumatera Barat, BMKG Beri Penjelasan
"Para ilmuwan telah berjuang untuk memprediksi panjang dan kekuatan siklus sunspot karena kita tidak memiliki pemahaman mendasar tentang mekanisme yang mendorong siklus," kata McIntosh melansir Science Alert, Rabu (13/4/2022).
"Jika perkiraan kami terbukti benar, kami akan memiliki bukti bahwa kerangka kerja kami untuk memahami mesin magnetik internal Matahari sudah di jalur yang benar," lanjutnya.
Dari penjelasan di atas, itu berarti kita mungkin sedang berada dalam badai surya yang cukup besar di era-era sekarang.
Baca Juga:
Tahun 2024 Indonesia Bakal Alami Hari Tanpa Bayangan, Simak Jadwalnya
Perlu diketahui, dampak dari badai matahari yang besar bisa menyebabkan pemadaman komunikasi, fluktuasi jaringan listrik, dan aurora spektakuler.
Apakah hal ini akan membuat Bumi jadi semakin panas? The Conservation menuliskan bahwa bintik matahari membuat suhu udara di Bumi naik 0,05 - 0,1 derajat Celcius.
Meski begitu, masih belum ada kejelasan sampai kita melewati periode maksimum matahari. Untuk saat ini, belum ada masalah yang harus ditakutkan secara serius. [JP]