Setelah kapal tersebut hancur dan ditelan gumpalan es yang terapung pada 21 November 1915, penjelajah bernama Shackleton dan 27 awaknya terdampar selama berbulan-bulan di kamp-kamp di permukaan beku Laut Weddel.
Saat es mencair pada 1916, orang-orang itu mencari tempat perlindungan tak berpenghuni di pulau gajah menggunakan sekoci. Shackleton memimpin ekspedisi melintasi 800 mil di laut terbuka ke Pulau Georgia selatan. Semua selamat.
Baca Juga:
Keajaiban Gunung Antartika: Debu Panas Bercampur Emas 80 Gram
Selama beberapa dekade, penjelajah dan ilmuan berharap bisa menemukan puing-puing kapal di bawah es antartika. Sehingga, Endurance 22 pun dibentuk, sebuah kolaborasi interdisipliner yang diselenggarakan oleh Falklans Maritime Heritage Trust.
Kapal tersebut ditemukan dan diabadikan dalam sebuah video yang ditangkap kamera bawah air. Biarpun begitu, kapal tetap tak tersentuh, meski ada rencana ke depan untuk mempelajarinya secara ekstensif di masa depan.
"Ini adalah tonggak sejarah kutub," kata Direktur Eksplorasi Ekspedisi, Mensun Bound, dalam sebuah pernyataan.
Baca Juga:
Tertahan 37 Tahun di Dasar Laut, Gunung Es Terbesar di Dunia Akhirnya Bergerak
"Namun ini tak semua tentang masa lalu. Kami membawa kisah Shackleton dan Endurance ke audiens baru dan ke generasi berikutnya," katanya.
"Kami berharap penemuan kami akan melibatkan kaum muda dan menginspirasi mereka dengan semangat perintis, keberanian dan ketabahan dari mereka yang berlayar dengan Endurance ke Antartika," Bound menambahkan. [JP]