Menurut Cambridge University, Rusia adalah penambang Bitcoin terbesar ke-3 di dunia, dengan persentase sebesar 11,2% terhadap hashrate global. Sementara itu Amerika ada di posisi pertama dan Kazakhstan ada di posisi ke-2.
Sebulan setelah invasinya ke Ukraina, transaksi kripto mingguan di Rusia berlipat ganda, dan jumlah dompet Bitcoin yang aktif di Rusia bertambah dari 39,9 juta menjadi 40,7 juta.
Baca Juga:
Transformasi Perdagangan Berjangka Komoditi, Bappebti Dorong Transaksi Multilateral
Menurut CEO dan pendiri BitRiver Igor Runets, sanksi yang dikenakan ke perusahaannya ini merupakan bentuk gangguan terhadap industri penambangan kripto, dan memperlihatkan sebuah kompetisi yang tidak adil.
"Aksi Amerika ini harus dilihat sebagai sebuah interferensi terhadap industri penambangan kripto, kompetisi yang tak adil, dan percobaan untuk mengubah keseimbangan kekuatan global yang menguntungkan perusahaan Amerika," ujarnya.
"BitRiver tak pernah memberikan layanannya terhadap institusi pemerintahan Rusia dan tak pernah bekerja sama dengan konsumen yang sudah ditargetkan dengan sanksi dari Washington," tambah Runets. [JP]