Negosiasi alot itu diklaim mampu membebaskan tanah 51 persen penduduk kawasan itu. Sisanya, diambil alih secara paksa. Warga yang menolak melakukan berbagai upaya, mulai dari demonstrasi, mogok makan, hingga konfrontasi dengan polisi.
Selain Aceredo, empat desa lainnya, O Bao, Buscalque, A Reloeira, dan Lantemil, juga tenggelam ketika bendungan ditutup. Warga pun pergi.
Baca Juga:
Polres Asahan Apel Gelar Pasukan Operasi Ketupat Toba 2024
Penduduk di desa lain yang berada di dataran lebih tinggi memiliki lebih banyak waktu untuk bersiap menghadapi air yang membanjiri wilayahnya. Mereka sempat membongkar gereja mereka, bata demi bata untuk membangunnya kembali di tempat baru. Bahkan, ada yang sempat menggali makam sanak saudara mereka untuk ikut pindah. (JP)